Rabu, 30 Januari 2013

hikmah

( HIKMAH ) IMAN, CINTA DAN LOGIKA - Mata biasa kebatas, bila ngeliat matahari kesilauan, bila melihat bakteri kekecilan, mata ini kebatas jarak dan ukuran. Terus pegimana mata ini mampu melihat Allah SWT ?. Gak level antara Robb dan mahluknya, kecuali bisa dirasain dgn mata hati. Inilah bicara iman, yang gak selalu pake logika tetapi pake keyakinan dan fitrah. Fitrah ingin taat dan mengabdi ada tuh jalannya. Manusia yang melawan Allah bakalan gelap lahir dan bathin karena melawan fitrah. Ada jamaah ngadu yang nyampe ke sedekah redho, ketika ikhlas datang malahan berlimpah, ada lagi yg ketika dia merasakan nikmatnya tahajud malah dikerjain saban hari demi kebutuhan jiwanya ngegantungin hati ke Allah SWT, jadilah ia dapet bonus diluar dugaan.

Ketika harapan diikuti ketergantungan sama Allah, bila ikhlas menerima ketentuan-Nya maka Allah beri sakinah ketenangan dalam kehidupannya dan tanpa diduga ada jalan keluarnya yg terbaik yang tidak disangka-sangka, nah itulah ilmu taqwa. Keredhoan, dan baik sangka kepada Allah adalah hal yg ghaib, dimana iman bicara, ketika iman itu gak dipelihara agar meningkat lalu logika yang maen terus, maka kemungkinan kegalauan masih ada. Iman belum mantep.

Ketika nikmat iman main, yg ada kerutinan ibadah dan ketaatan yang tidak dibantah. Mana ada Allah menyia-nyiakan kebaikan hamba-Nya ?.

Hijrahnya Rosul dan para sahabat ke Madinah lalu meninggalkan omset dan asset ke madinah juga bicara iman, kalo logika jelas galau. Gawean sama dagangan, bahkan rumah ditinggal, Namun demi Agama Allah dan iman mereka membuktikan cintanya, dan di Madinah membangun peradaban Islam dan romawi serta persia dua imperium besar ditaklukkan dengan harta besar yang didapat dari romawi persia dalam genggaman kaum Muslimin, hingga akhirnya Islam menguasai sepertiga dunia.

Ketika Iman surut, logika nafsu menyalahi ayat-ayat Allah misalnya meninggalkan shalat karena logika rapat gak bisa ditinggal, atau logika gak pake jilbab karena logika takut gak dapet jodoh, atau sedekah pake logika karena takut miskin, maupun takut gak bisa beli BB baru, atau ragu balasan Allah, pake mikir-mikir dulu dan bisa juga disisi lain ada logika tujuan selain Allah dengan mendahulukan kebanggaan materi semu, kenikmatan sesaat, punya mobil maunya pamer, beli BB baru maunya biar dilirik sodara, biar kelihatan keren itu jadi ujub, dan rawan lari ke dosa2 lainnya seperti sombong, dusta dst.

Ketika iman diduluin, keliatan hidupnya akan respek dengan ayat2 Allah, keliatan dakwahnya membina keluarga dan orang lain, gak suka dengan kemaksiatan, sedih temennya beloman berjilbab, sedih suaminya belum sholat dst. Perasaan itulah salah satu yang menunjukkan Imannya yaitu ada kecemburuan agama, mane ada cinta gak pake cemburu. Dan hatinya tidak bisa pindah kelain hati.

Rasulullah SAW bersabda : Barangsiapa melihat kemungkaran rubahlah dengan tangan, bila tidak mampu dengan lisan, bila tidak bisa yaitu dengan hati, dan itulah selemah-lemahnya iman (HR-Muslim)

Sabtu, 26 Januari 2013

AMALAN

 DOA PENGUAT JIWA DAN KINERJA - Seorang muslim semestinya menjadi orang yang dinamis dan penuh semangat. Karena setiap dari amalnya tidak akan disia-siakan oleh Rabb-nya. Kerjanya mencari nafkah untuk keluarganya dan semua usahanya untuk kebaikan dunia dan akhiratnya, Namun perlu diingat, ia tidak boleh hanya bersandar kepada usahnya semata. Tapi haruslah ia mentawakkalkan usahanya kepada Allah dengan berdoa, berharap, dan menyerahkan hasil puncaknya kepada Tuhannya. Sehingga ia berada pada maqam Iyyaka Na'budu wa Iyyaka Nasta'in.

Mengandai-andai di kala terjadi sesuatu yang tidak sesuai keinginan akan membuka pintu syetan, yakni akan menyebabkan cacian, lemah semangat, marah, was-was, merana dan sedih. Semua ini termasuk dari perbuatan syetan sehingga Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam melarang membuka kesempatan pada syetan untuk menggoda hamba dengan kalimat pengandaian ini. Kemudian Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam memerintahkan agar melihat kejadian itu dari sudut pandang takdir. Ia meyakini, apa yang sudah Allah takdirkan atasnya pasti itu akan menimpanya, tak seorangpun yang sanggup menghalau dan menolaknya.

Sumber Doa:

Diriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'Anhu, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda,

الْمُؤْمِنُ الْقَوِىُّ خَيْرٌ وَأَحَبُّ إِلَى اللَّهِ مِنَ الْمُؤْمِنِ الضَّعِيفِ وَفِى كُلٍّ خَيْرٌ احْرِصْ عَلَى مَا يَنْفَعُكَ وَاسْتَعِنْ بِاللَّهِ وَلاَ تَعْجِزْ وَإِنْ أَصَابَكَ شَىْءٌ فَلاَ تَقُلْ لَوْ أَنِّى فَعَلْتُ كَانَ كَذَا وَكَذَا. وَلَكِنْ قُلْ قَدَرُ اللَّهِ وَمَا شَاءَ فَعَلَ فَإِنَّ لَوْ تَفْتَحُ عَمَلَ الشَّيْطَانِ

"Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai oleh Allah daripada mukmin yang lemah. Namun masing-masing ada kebaikan. Semangatlah meraih apa yang manfaat untukmu dan mohonlah pertolongan kepada Allah, dan jangan bersikap lemah. Jika engkau tertimpa suatu musibah janganlah mengatakan, "Seandainya aku berbuat begini dan begitu, niscaya hasilnya akan lain." Akan tetapi katakanlah, "Allah telah mentakdirkannya, dan apa yang Dia kehendaki Dia Perbuat." Sebab, mengandai-andai itu membuka pintu setan." (HR. Muslim)

قَدَّرَ اللَّهُ وَمَا شَاءَ فَعَلَ

Qaddarallahu Wamaa Syaa-a Fa'ala

"Allah telah mentakdirkannya, dan apa yang Dia kehendaki Dia Perbuat."

Boleh juga diucapkan:

قَدَرُ اللَّهِ وَمَا شَاءَ فَعَلَ

Qadarulluhi Wamaa Syaa-a Fa'ala

"ini adalah takdir Allah, dan apa yang Dia kehendaki Dia Perbuat."

Setiap ketetapan Allah mengandung hikmah yang boleh jadi tak diketahuinya dan tak terlihat oleh matanya. Sehingga saat terjadi sesuatu yang berbeda ia tetap tenang dan semangat. Ia tidak melemah dan menyesali usahanya tersebut. Karena penyesalan hanya akan menghapuskan amal kebaikan yang sudah dikumpulkannya. Apalagi sampai mengandai-andai, kalau saja ia memilih usaha atau melakukan sesuatu yang lain tentu tidak terjadi apa yang sudah terjadi. Padahal apa yang sudah terjadi itu adalah takdir yang sudah sudah dicatat jauh-jauh sebelum itu diperbuat, diketahui dan dikehendaki oleh-Nya. Karenanya ucapan semacam itu termasuk bagian yang bertentangan dengan rukun iman ke enam, iman kepada takdir yang baik dan yang buruk (menurut kita).

Syarh Riyadhus Shalihin, pernah terjadi kecelakaan pesawat yang berangkat dari Riyadh menuju Jeddah. Di dalamnya terdapat penumpang sangat banyak, lebih dari 300 penumpang. Terdapat salah seorang calon penumpang yang sudah membeli tiket berada di ruang tunggu sampai tertidur. Tatkala diumumkan bahwa pesawat segera berangkat, para penumpang memasuki pesawat. Sementara seorang penumpang tadi masih terlelap dalam tidurnya. Saat ia bangun, pintu pesawat sudah tertutup. Ia sangat menyesal dan jengkel. Kemudian Allah menetapkan takdir-Nya dengan hikmah-Nya, pesawat tersebut mengalami kecelakaan, terbakar. Semua penumpangnya tewas. Subhanallah, laki-laki yang tertidur tadi selamat dari kecelakaan karena tertidur. Ia marah karena tertinggal pesawat, tapi kejadian itu malah membawa kebaikan untuk dirinya. Semoga kita menjadi orang cerdas yang senantiasa beriman kepada Allah dan takdir-Nya, serta selalu berbaik sangka kepada-Nya. Amiin.

PENGURUS RTHQ



PENGURUS RUMAH TAHFIDZ HIDAYATUL QUR'AN
*)Bpk abdul aziz Al-hakim

HAFIDZOH :
*)SRI ENDAH NURBIYANTI

galeri



Jumat, 25 Januari 2013

contoh naskah da'i

Assalamu’alakum Wr. Wb.
اَلْحَمْدُ ِللهِ الْمَلِكِ الْحَقِّ الْمُبِيْنِ، الَّذِي حَبَانَا بِالْإِيْمَانِ واليقينِ. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّد،ٍ خَاتَمِ الأَنْبِيَاءِ وَالمُرْسَلِين، وَعَلَى آلِهِ الطَّيِّبِيِن، وَأَصْحَابِهِ الأَخْيَارِ أَجْمَعِين، وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. أَمَّا بَعْدُ
Kaum muslimin wal muslimat yang dirahmati AllahPada kesempatan yang indah ini perkenankanlah ananda menyampaikan pidato yang berjudul “mensyukuri nikmat Allah”
Teman-teman, siapa yang tahu arti syukur itu..?
Arti syukur adalah berterima kasih dan memuji si pemberi nikmat yaitu Allah SWT baik secara langsung maupun tidak secara langsung atas karunia atau kebaikan dari Allah.
Pengungkapan rasa syukur meliputi tiga hal yaitu :
Teman-teman…..! ingin tahu ‘kan?
Yang pertama, Mengakui nikmat dalam batin. Artinya kita meyakini bahwa apa saja yang telah kita rasakan, baik yang berbentuk jasmani maupun rohani, itu adalah dari Allah SWT.
Adapun yang selanjunya adalah membicarakan secara lahir atau lisan yang artinya kita senantiasa mengingat dan menyebut-nyebut kemurahan dan kenikmatan Allah yang telah diberikan kepada kita. Hal ini sesuai firman Allah dalam Al-Qur’an surat Ad-Dhuha ayat 11 yang bunyinya “


yang artinya ”Dan terhadap nikmat Tuhanmu, maka hendaklah kamu menyebut-nyebutnya.”
Teman-teman ingin tahu yang terakhir?
Cara besyukur yang ketiga adalah menjadikan nikmat karunia Allah sebagai sarana taat kepada Allah. Faktor pertama dan kedua belum mencapai nilai haqiqi apabila faktor yang ketiga ini dapat direalisasikan. Dan hanya orang-orang yang berimanlah yang bisa bersyukur dengan sebaik-baiknya. Merekalah yang tahu hakikat syukur yang sebenarnya.
Kalau kita lihat dan perhatikan di sekitar kita, betapa banyak nikmat Allah yang telah dikaruniakan kepada hamba-hamba-Nya.
Dari nikmat hidup, sarana prasarana penunjang, sampai nikmat yang terbesar yaitu nikmat Iman dan Islam. Dan kalaulah kita hitung nikmat Allah niscaya kita takkan mampu menghitungya.
Hal itu karena nikmat Allah sangatlah banyak, sebagaimana Allah berfirman “Wa inn ta’udduu ni’matallallohi laatuhsyuuhaa” yang artinya dan jikalau kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu takkan dapat menghitungnya.”
Hadirin yang rahmati Allah.
Oleh karenanya sepantasnyalah kita selaku hamba Allah yang begitu banyak mendapatkan fasilitas nikmat ini untuk pandai bersyukur atas anugerahnya. Bahkan rasulullah pun tak henti-hentinya untuk selalu berdo’a dan berusaha untuk menjadi hamba yang selalu bersyukur.
Hal itu mencontohkan, hendaknya seorang hamba selalu bersyukur atas apa yang dianugerahkan Allah kepadanya.
Untuk mendorong para hamba-Nya untuk selalu bersykur, Allah menjanjikan akan menambah dengan tambahan yng berlipat ganda dan sebaliknya Allah akan memberikan adzab yang pedih bagi mereka yang mengingkari nikmat Allah SWT.
Janji Allah ini dapat kita baca pada firman Allah dalam Al-Qur’an surat Ibrahim ayat 7 yang berbunyi “La ingsyakartum la aziidannakum walaingkafartum inna adzabii lasyadid”
“Sungguh bila kamu bersyukur atas nikmat-Ku akan Aku tambah nikmat-Ku kepadamu namun apabila kamu mengingkari nikmat-Ku, sesungguhnya adzab-Ku amat pedih”
Hadirin yang di rahmati Allah.
Dengan demikian, jika kita dapat mengamalkan firman Allah tersebut, Allah pasti akan melipatgandakan nikmat-Nya dan menjauhkan adzab-Nya.
Demikian yang dapat saya sampaikan mudah-mudahan bermanfaat dan dapat kita amalkan dalam kehidupan. Amin Yaa Robbal ‘Alamin.
“Membajak sawah ketika turun hujan, Kalau ada kata yang salah mohon dimaafkan.”
Billahi taufik wal hidayah, wa ridho wal inayah.
Wasalamu’alaikum Wr. Wb.

Sunah rosul


Sunnah Rasulullah , yang berarti segala sesuatu yang bersumber dari Rasulullah , baik ucapan, perbuatan maupun penetapan beliau[1], memiliki kedudukan yang sangat agung dalam Islam, karena Allah  menjadikan sunnah Rasulullah  sebagai penjelas dan penjabar dari al-Qur’an yang mulia, yang merupakan sumber utama syariat Islam. Oleh karena itu, tanpa memahami sunnah Rasulullah  dengan baik, seseorang tidak mungkin dapat menjalankan agama Islam dengan benar.
     Allah  berfirman:
{وَأَنزلْنَا إِلَيْكَ الذِّكْرَ لِتُبَيِّنَ لِلنَّاسِ مَا نزلَ إِلَيْهِمْ وَلَعَلَّهُمْ يَتَفَكَّرُونَ}
“Dan Kami turunkan kepadamu al-Qur’an, agar kamu menerangkan kepada manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka (dari Allah ), supaya mereka memikirkan” (QS an-Nahl:44).
     Ketika Ummul mu’minin ‘Aisyah t ditanya tentang ahlak (tingkah laku) Rasulullah , beliau menjawab: “Sungguh akhlak Rasulullah  adalah al-Qur’an”[2]. Ini berarti bahwa Rasulullah  adalah orang yang paling sempurna dalam memahami dan mengamalkan isi al-Qur’an, menegakkan hukum-hukumnya dan menghiasi diri dengan adab-adabnya[3]. Maka orang yang paling sempurna dalam memahami dan mengamalkan sunnah Rasulullah , dialah yang paling sempurna dalam berpegang teguh dan mengamalkan al-Qur’an dan agama Islam secara keseluruhan.
     Imam Ahmad bin Hambal – semoga Allah  merahmatinya – berkata: “(Termasuk) landasan (utama) sunnah (syariat Islam) menurut (pandangan) kami (Ahlus sunnah wal jama’ah) adalah: bahwa sunnah Rasulullah  adalah penafsir dan argumentasi (yang menjelaskan makna) al-Qur’an”[4].
     Oleh karena itulah, para ulama Ahlus sunnah wal jama’ah mendefinisikan sunnah Rasulullah  sebagai sesuatu yang mencakup syariat Islam secara keseluruhan, baik ucapan, perbuatan maupun keyakinan[5].
     Imam Abu Muhammad al-Barbahari[6] berkata: “Ketahuilah, bahwa Islam itu adalah sunnah dan sunnah itu dialah Islam, yang masing-masing dari keduanya tidak akan tegak tanpa ada yang lainnya”[7].
Arti mencintai dan mengagungkan sunnah Rasulullah  yang sebenarnya
     Allah  berfirman:
{قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ}
“Katakanlah: Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, maka ikutilah (sunnah/petunjuk)ku, niscaya Allah mencintaimu dan mengampuni dosa-dosamu, Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” (QS Ali ‘Imran:31).
     Imam Ibnu Katsir, ketika menafsirkan ayat ini berkata: “Ayat yang mulia ini merupakan hakim (pemutus perkara) bagi setiap orang yang mengaku mencintai Allah, akan tetapi dia tidak mengikuti jalan (sunnah) Rasulullah , maka dia adalah orang yang berdusta dalam pengakuan tersebut dalam masalah ini, sampai dia mau mengikuti syariat dan agama (yang dibawa oleh) Nabi Muhammad  dalam semua ucapan, perbuatan dan keadaannya”[8].
     Imam al-Qadhi ‘Iyadh al-Yahshubi berkata: “Ketahuilah bahwa barangsiapa yang mencintai sesuatu, maka dia akan mengutamakannya dan berusaha meneladaninya. Kalau tidak demikian, maka berarti dia tidak dianggap benar dalam kecintaanya dan hanya mengaku-aku (tanpa bukti nyata). Maka orang yang benar dalam (pengakuan) mencintai Rasulullah  adalah jika terlihat tanda (bukti) kecintaan tersebut pada dirinya. Tanda (bukti) cinta kepada Rasulullah  yang utama adalah (dengan) meneladani beliau , mengamalkan sunnahnya, mengikuti semua ucapan dan perbuatannya, melaksanakan segala perintah dan menjauhi larangannya, serta menghiasi diri dengan adab-adab (etika) yang beliau (contohkan), dalam keadaan susah maupun senang dan lapang maupun sempit”[9].
     Berdasarkan keterangan di atas, jelaslah bahwa mencintai dan mengagungkan sunnah Rasulullah  yang sebenarnya adalah dengan meneladani petunjuk dan sunnah beliau , dengan berusaha mempelajari dan mengamalkannya dengan baik. Dan bukanlah mencintai dan mengagungkan sunnah Rasulullah  dengan melakukan perbuatan-perbuatan bid’ah[10] dengan mengatasnamakan cinta kepada beliau , atau memuji dan mensifati beliau  secara berlebihan, dengan menempatkan beliau  melebihi kedudukan yang telah Allah  tempatkan beliau padanya[11].
     Dalam sebuah hadits shahih Rasulullah  bersabda: “Janganlah kalian memuji diriku secara berlebihan dan melampaui batas, sebagaimana orang-orang nasrani melampaui batas dalam memuji (Nabi Isa) bin Maryam, karena sesungguhnya aku hanyalah seorang hamba Allah, maka katakanlah: hamba Allah dan Rasul-Nya”[12].
     Inilah makna cinta kepada Rasulullah  yang dipahami dan diamalkan oleh generasi terbaik umat ini, para sahabat y. Anas bin Malik t berkata: “Tidak ada seorangpun yang paling dicintai oleh para sahabat Rasulullah  melebihi beliau , akan tetapi jika mereka melihat beliau , mereka tidak berdiri (untuk menghormati beliau ), karena mereka mengetahui bahwa Rasulullah  membenci perbuatan tersebut”[13].
Bagaimana menyempurnakan cinta kepada sunnah Nabi  dalam diri kita?
     Imam Ibnu Rajab al-Hambali membagi derajat (tingakatan) cinta kepada Rasulullah  menjadi dua tingakatan, yang berarti dengan menyempurnakan dua tingkatan ini seorang akan memiliki kecintaan yang sempurna kepada sunnah Rasulullah , yang ini merupakan tanda kesempurnaan iman dalam dirinya.
     Dua tingkatan tersebut adalah:
1- Tingkatan yang fardhu (wajib), yaitu kecintaan (kepada Rasulullah ) yang mengandung konsekwensi menerima dan mengambil semua petunjuk yang dibawa oleh Rasulullah  dari sisi Allah dengan (penuh rasa) cinta, ridha, hormat dan patuh, serta tidak mencari petunjuk dari selain jalan (sunnah) beliau  secara utuh. Kemudian mengikuti dengan baik agama yang beliau  sampaikan dari Allah, dengan membenarkan semua berita yang beliau sampaikan, mantaati semua kewajiban yang beliau perintahkan, maninggalkan semua perbuatan haram yang dilarangnya, serta menolong dan berjihad (membela) agamanya, sesuai dengan kemampuan unutk (mengahadapi) orang-orang yang menentangnya. Tingkatan ini harus dipenuhi (oleh setiap muslim) dan tanpanya keimanan (seseorang) tidak akan sempurna.
2- Tingkatan fadhl (keutamaan/kemuliaan), yaitu kecintaan (kepada Rasulullah ) yang mengandung konsekwensi meneladani beliau  dengan baik, mengikuti sunnah beliau  dengan benar, dalam tingkah laku, adab (etika), ibadah-ibadah sunnah (anjuran), makan, minum, pakaian, pergaulan yang baik dengan keluarga, serta semua adab beliau  yang sempurna dan akhlak beliau yang suci. Demikian juga memberikan perhatian (besar) untuk memahami sejarah dan perjalanan hidup beliau , rasa senang dalam hati dengan mencintai, mengagungkan dan memuliakan beliau , senang mendengarkan ucapan (hadits) beliau , dan selalu (mendahulukan) ucapan beliau  di atas ucapan selain beliau. Dan termasuk yang paling utama dalam tingkatan ini adalah meneladani beliau  sikap zuhud beliau terhadap dunia, mencukupkan diri dengan hidup seadanya (sederhana) di dunia, dan kecintaan beliau  kepada (balasan yang sempurna) di akhirat (kelak)”[14].
Keutamaan mengikuti sunnah Rasulullah
     Allah  berfirman:
{لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا}
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (balasan kebaikan pada) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah” (QS al-Ahzaab:21).
     Ayat yang mulia ini menunjukkan kemuliaan dan keutamaan besar mengikuti sunnah Rasulullah , karena Allah  sendiri yang menamakan semua perbuatan Rasulullah  sebagai “teladan yang baik”, yang ini menunjukkan bahwa orang yang meneladani sunnah Rasulullah  berarti dia telah menempuh ash-shirathal mustaqim (jalan yang lurus) yang akan membawanya mendapatkan kemuliaan dan rahmat Allah [15].
     Ketika menafsirkan ayat ini, imam Ibnu Katsir berkata: “Ayat yang mulia ini merupakan landasan yang agung dalam meneladani Rasulullah  dalam semua ucapan, perbuatan dan keadaan beliau “[16].
     Kemudian firman Allah  di akhir ayat ini mengisyaratkan satu faidah yang penting untuk direnungkan, yaitu keterikatan antara meneladani sunnah Rasulullah  dengan kesempurnaan iman kepada Allah dan hari akhir, yang ini berarti bahwa semangat dan kesungguhan seorang muslim untuk meneladani sunnah Rasulullah  merupakan pertanda kesempurnaan imannya.
     Syaikh Abdurrahman as-Sa’di ketika menjelaskan makna ayat di atas berkata: “Teladan yang baik (pada diri Rasulullah ) ini, yang akan mendapatkan taufik (dari Allah ) untuk mengikutinya hanyalah orang-orang yang mengharapkan (rahmat) Allah dan (balasan kebaikan) di hari akhir. Karena (kesempurnaan) iman, ketakutan pada Allah, serta pengharapan balasan kebaikan dan ketakutan akan siksaan Allah, inilah yang memotivasi seseorang untuk meneladani (sunnah) Rasulullah “[17].


Penutup
     Dari keterangan di atas, jelaslah bagi kita makna mencintai sunnah Rasulullah  yang sebenarnya, dan jelaslah besarnya keutamaan dan kemuliaan mengikuti sunnah beliau .
     Maka mestinya, seorang muslim yang mengaku mencintai Rasululah , terlebih lagi yang mengaku sebagai ahlus sunnah wal jama’ah, adalah orang yang paling semangat dalam mempelajari dan menerapkan sunnah Rasulullah  dalam sikap dan tingkah lakunya. Khususnya, di jaman sekarang ketika sunnah Rasulullah  menjadi asing dan jarang diamalkan ditengah-tengah kaum muslimin sendiri. Karena seorang muslim yang mengamalkan satu sunnah Rasulullah  yang telah dilupakan, dia akan mendapatkan dua keutamaan (pahala) sekaligus, yaitu keutamaan mengamalkan sunnah itu sendiri dan keutamaan menghidupkannya di tengah-tengah manusia yang telah melupakannya.
     Syaikh Muhammad bih Shaleh al-’Utsaimin berkata: “Sesungguhnya sunnah Rasulullah  jika semakin dilupakan, maka (keutamaan) mengamalkannya pun semakan kuat (besar), karena (orang yang mengamalkannya) akan mendapatkan keutamaan mengamalkan (sunnah itu sendiri) dan (keutamaan) menyebarkan (menghidupkan) sunnah dikalangan manusia”[18].
     Sebagai penutup, marilah kita camkan bersama nasehat imam al-Khatiib al-Baghdadi[19] berikut ini: “seyogyanya para penuntut ilmu hadits (pengikut manhaj ahlus sunnah wal jama’ah), (berusaha untuk) membedakan dirinya dari kebiasaan orang-orang awam dalam semua urusan (tingkah laku dan sikap)nya, dengan (berusaha) mengamalkan petunjuk Rasulullah  semaksimal mungkin, dan membiasakan dirinya mengamalkan sunnah-sunnah beliau , karena sesungguhnya Allah  berfirman :
{لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ}
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu” (QS Al Ahzaab: 21).
وصلى الله وسلم وبارك على نبينا محمد وآله وصحبه أجمعين، وآخر دعوانا أن الحمد لله رب العالمين

Kamis, 24 Januari 2013

keutamaan 4 surat yang teristimewa


Keutamaan Surat al-waqi’ah, al-mulk dan ar rahman

Surat Al-Waqi’ah :
Ubay bin ka’b berkata bahwa Rasullulah saw bersabda:” barang siapa yang membaca surat Al-Waqi’ah, ia akan dicatat tidak tergolong pada orang-orang yang lalai.”
Abdullah bin Mas’ud berkata bahwa Rasullulah saw bersabda”barang siapa yang membaca surat Al-Waqi’ah,ia tidak akan tertimpa oleh kefakiran selamanya”
Imam Ja’far Ash- Shadiq berkata :”barang siapa yang membaca surat Al-Waqi’ah pada malam jum’at ,ia akan dicintai oleh Allah, dicintai oleh manusia,tidak melihat kesengsaraan, kefakiran,kebutuhan,dan penyakit dunia,surat ini adalah bagian dari sahabatAmirul Mukimin (sa) yang bagi beliau memiliki keistimewan yang tidak tertandingi oleh yang lain.”
Imam Ja’far Ash-Shadiq (sa)berkata: “barang siapa yang merindukan surga dan sifatnya, maka bacalahsurat Al-Waqi’ah; dan barang siapa yang ingin melihat sifat neraka,maka bacalah surat As-Sajadah.”
Imam Muhammad Al-Baqir (sa) berkata:”barang siapa yang membaca surat Al-Waqi’ah sebelum tidur,ia akan berjumpa dengan Allah dalam keadaan wajahnya seperti bulan purnama.”
Surat Al-Mulk:
Ibnu Abbas berkata:” Pada suatu hari ada seseorang menghampar jubahnya di atas kuburan dan dan ia tidak tahu bahwa tempat itu adalah kuburan, ia membaca surat Al-Mulk, kemudian ia mendengar suara jeritan dari dalam kuburan itu: inilah yang menyelamatkan aku. Kemudian kejadian itu diceriterakan kepada Rasullulah SAW,lalu beliau bersabda : surat Al-Mulk dapat menyelamatkan penghuni kubur dari azab kubur.”
Imam Muhammad Al-Baqir (sa) berkata:”surat Al-Mulk adalah penghalang dari siksa kubur, surat ini termaktub di dalam taurat, barang siapa yang membacanya di malam hari ia akan memperoleh banyak manfaat dan kebaikan. Sungguh aku membacanya dalam shalat sunnah sesudah Isya’ dalam keadaan duduk. Ayahku membacanya pada sian dan malam. Barang siapa yang membacanya, maka ketika malaikat Munkar dan Nakir akan masuk ke kuburnya dari arah kedua kakinya, kedua kakinya berkata kepada mereka: kalian tidak ada jalan kearahku, karena hamba ini berpijak kepadaku lalu ia membaca surat Al-Mulk pada siang dan malam hari; ketika mereka datang kepadanya dari rongganya, rongganya berkata kepada mereka: kalian tidak ada jalan kearahku, karena hamba ini telah menjagaku dengan surat Al-Mulk; ketika mereka datang kepadanya dari arah lisannya, lisannya berkaya kepada mereka: kalian tidak ada jalan ke arahku, karena hamba ini telah membaca surat Al-Mulk setiap siang dan malam denganku.
Imam Muhammad Al-Baqir (sa) :” bacalah surat Al-Mulk, karena surat ini menjadi penyelamat dari siksa kubur.”
Surat Ar-Rahman:
Rasullulah SAW bersabda :”barang siapa yang membaca surat Ar-Rahman, Allah akan menyayangi kelemahannya dan meridhai nikmat yang dikaruniakan kepadanya.”
Imam Ja’far Ash-Shadiq (sa):” barang siapa yang membaca surat Ar-Rahman, dan ketika membaca kalimat”Fabiayyi alai Rabbikuma tukadzdziban”ia mengucapkan “La bisyay-in min alaika rabbi akadzibu (tidak ada satupun nikmat-Mu duhai tuhanku yang aku dustakan), jika saat membacanya itu pada malam dan siang hari kemudian ia mati,maka matinya seperti matinya orang yang syahid.
Sumber : syamsuri149.wordpress.com

keutamaan

Keutamaan Penghafal Al Qur’an

Orang yang menghafal Al Qur’an akan mudah mendapatkan syafa’at di hari kiamat kelak. Dari Abu Umamah Al Bahiliy, (beliau berkata), “Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
اقْرَءُوا الْقُرْآنَ فَإِنَّهُ يَأْتِى يَوْمَ الْقِيَامَةِ شَفِيعًا لأَصْحَابِهِ
“Bacalah Al Qur’an karena Al Qur’an akan datang pada hari kiamat nanti sebagai syafi’ (pemberi syafa’at) bagi yang membacanya.” (HR. Muslim no. 1910)
Di akhirat, hafalannya akan menolong dirinya untuk menggapai derajat mulia. Dari Abdullah bin ‘Amr, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
يُقَالُ لِصَاحِبِ الْقُرْآنِ اقْرَأْ وَارْتَقِ وَرَتِّلْ كَمَا كُنْتَ تُرَتِّلُ فِى الدُّنْيَا فَإِنَّ مَنْزِلَكَ عِنْدَ آخِرِ آيَةٍ تَقْرَؤُهَا
“Dikatakan kepada orang yang membaca (menghafalkan) Al Qur’an nanti : ‘Bacalah dan naiklah serta tartillah sebagaimana engkau di dunia mentartilnya. Karena kedudukanmu adalah pada akhir ayat yang engkau baca (hafal).” (HR. Abu Daud no. 1464 dan Tirmidzi no. 2914, shahih kata Syaikh Al Albani). Yang dimaksudkan dengan ‘membaca’ dalam hadits ini adalah menghafalkan Al Qur’an. Perhatikanlah perkataan Syaikh Al Albani berikut dalam As Silsilah Ash Shohihah no. 2440:
“Ketahuilah bahwa yang dimaksudkan dengan shohibul qur’an (orang yang membaca Al Qur’an) di sini adalah orang yang menghafalkannya dari hati sanubari. Sebagaimana hal ini ditafsirkan berdasarkan sabda beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam yang lain, ‘Suatu kaum akan dipimpin oleh orang yang paling menghafal Kitabullah (Al Qur’an).’
Kedudukan yang bertingkat-tingkat di surga nanti tergantung dari banyaknya hafalan seseorang di dunia dan bukan tergantung pada banyak bacaannya saat ini, sebagaimana hal ini banyak disalahpahami banyak orang. Inilah keutamaan yang nampak bagi seorang yang menghafalkan Al Qur’an, namun dengan syarat hal ini dilakukan untuk mengharap wajah Allah semata dan bukan untuk mengharapkan dunia, dirham dan dinar. Ingatlah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda,
أَكْثَرَ مُنَافِقِي أُمَّتِي قُرَّاؤُهَا
“Kebanyakan orang munafik di tengah-tengah umatku adalah qurro’uha (yang menghafalkan Al Qur’an dengan niat yang jelek).” (HR. Ahmad, sanadnya hasan sebagaimana dikatakan oleh Syaikh Syu’aib Al Arnauth).” [Makna qurro’uha di sini adalah salah satu makna yang disebutkan oleh Al Manawi dalam Faidhul Qodir Syarh Al Jami’ Ash Shogir, 2: 102 (Asy Syamilah)]
Tidakkah kita ingin mendapatkan kedudukan mulia di sisi Allah? Moga dengan modal ikhlas dan menjauhi maksiat, kita dimudahkan untuk menghafalkan Al Qur’an.