Jumat, 15 Februari 2013

Yang Lalu Biarlah Berlalu


 
Mengingat dan mengenang masa lalu, kemudian bersedih, atas nestapa dan kegagalan di dalamnya merupakan tindakan bodoh dan gila. Itu sama artinya dengan membunuh semangat, memupus tekad dan mengubur masa depan yang belum terjadi.
Bagi orang yang berpikir, bekas-bekas masa lalu akan dilipat dan tak pernah kembali. Cukup ditutup rapat-rapat, lalu disimpan dalam ruang penglupaan, diikat dengan tali yang kuat dalam penjara pengacuhan selamanya, atau diletakan di dalam ruang gelap yang tak tertembus cahaya. Yang demikian, karena masa lalu telah berlalu dan habis, keresahan tak akan sanggup memperbaikinya kembali, kegundahan tidak akan mampu merubahnya menjadi terang, dan kegalauan tidak akan dapat menghidupkannya kembali, karena ia memang sudah tidak ada.
Jangan pernah hidup dalam mimpi buruk masa lalu, atau dibawah payung gelap masa silam; selamatkan diri Anda dari bayangan masa lampau! Adakah Anda ingin mengembalikan air sungai ke hulu, matahari ketempatnya terbit, seorok bayi ke perut ibunya, air susu ke payudara sang ibu, dan air mata ke kelopak mata? Ingat; keterikatan Anda dengan masa lalu, keresahan Anda atas apa yang telah terjadi padanya, keterbakaran emosi jiwa Anda oleh api panasnya, dan kedekatan jiwa Anda pada pintunya, adalah kondisi yang sangat naïf, ironis, memperihatinkan, dan sekaligus menakutkan.
Membaca kembali lembaran masa lalu hanya akan mempuaskan m masa depan, mengendurkan semangat, dan menyia-nyiakan waktu yang demikian sangat berharga. Dalam Al-Qur’an, setiap kali usai menerangkan kondisi suatu kaum dan apa saja yang telah mereka lakukan, Allah selalu mengatakan, “Itu adalah umat yang lalu.” Begitulah; ketika suatu perkara habis, maka selesai pula urusannya. Dan tak ada gunanya mengurai kembali bangkai zaman dan memutar kembal;i roda sejarah.
Orang yang berusaha kembali ke masa lalu, adalah tak ubahnya orang yang menumbuk tepung, atau orang yang menggergaji serbuk kayu. Syahdan nenek moyang kita dahulu selalu mengingatkan orang yang meratapi masa lalunya demikian, “Janganlah engkau mengeluarkan mayat- mayat itu dari kuburnya.” Dan konon, kata orang yang mengerti bahasa binatang, sekawanan binatang sering bertanya kepada seekor keledai begini, “Mengapa engkau tidak menarik gerobak?” “Aku benci khayalan,” jawab keledai.
Adalah bencana besar, manakala kita rela mengabaikan masa depan dan justru hanya disibukkan oleh masa lalu. Itu, sama halnya dengan kita mengabaikan istana-istana yang indah dengan sibuk meratapi puing- puing yang telah lapuk. Padahal, betapapun seluruh manusia dan jin bersatu untuk mengembalikan semua hal yang telah berlalu, niscaya mereka tidak akan pernah mampu. Sebab, yang demikian itu sudah mustahil pada asalnya.
Orang yang berpikiran jernih tidak akan pernah melihat dan sedikitpun menoleh ke belakang. Pasalnya, angin akan selalu berhembus ke depan, air akan mengalir ke depan, setiap kafilah akan berjalan ke depan, dan segala sesuatu bergerak menuju ke depan. Maka dari itu, janganlah pernah melawan sunnah kehidupan!
***
die *La Tahzan* DR. Aidh al-Qarni

Kamis, 14 Februari 2013

valentine day

Valentine’s Day adalah perayaan resmi Nasrani dan ummat Islam dilarang ikut-ikutan merayakan, ini adalah wilayah aqidah yang kita harus tegas dan tidak mencampuradukkan antara hak dan batil.
Dalam The Catholic Encyclopedia, Vol. XV sub judul; Santo Valentino, diurai tentang sejarah Valentino. Sumber ini setidaknya menampilkan kisah Valentino dalam 3 versi. Inti dari semuanya adalah bahwasanya hari Valentine adalah untuk mengenang Pendeta St. Valentine yang hidup di akhir abad ke 3 M di zaman Raja Romawi Claudius II. Pada tanggal 14 Februari 269 / 270 M Claudius II menghukum mati St.Valentine yang telah menentang beberapa perintahnya.
Dalam The Encyclopedia Britania, Vol XII, sub judul: Chistianity, dijelaskan bahwa untuk lebih mendekatkan ke dalam agama Kristen, pada 496 M Paus Glasisus I menjadikan kisah ini menjadi perayaan gereja dengan nama Saint Valentine’s Day untuk menghormati Pendeta St. Valentine yang dieksekusi pada tangal 14 Februari (The World Encylopedia 1998).
Semangat Valentine adalah Semangat Berzina dan Pelecehan Kaum Perempuan
Ritus hari Valentine’s yang mengusung panji percintaan dan kasih sayang, diperingati dengan berbagai cara. Ada yang mengekspresikannya dalam bentuk memakai pakaian dan apa saja yang berwarna pink. Pengiriman kartu yang kadang-kadang disertai dengan hadiah yang sarat dengan simbol LOVE. Namun ada yang merayakan dengan menggelar pesta makan, minum yang diiringi musik dansa yang dinyanyikan secara berpasangan. Bahkan diakhiri hubungan seks alias berzina.
Jadi, hari Valentine lebih tepat disebut dengan HARI PELECEHAN KEHORMATAN.
Hukum Merayakan Valentine
Allah Ta’aala berfirman:
Katakanlah: “Hai orang-orang kafir. Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang Aku sembah. Dan Aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang Aku sembah. Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku.” (QS. Al-Kafirun: 1-6).

Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa ‘Ala Alihi Wasallam bersabda,
“Barangsiapa menyerupai suatu kaum berarti ia termasuk golongan mereka.” (HR. Abu Daud dll).

Para Ulama Rahimahumullah mengatakan bahwa ikut-ikutan dalam merayakan Valentine atau perayaan-perayaan non muslim lainnya hukumnya adalah haram, bahkan lebih haram dan lebih besar dosanya daripada meminum khamer atau narkoba, berzina, berjudi dan dosa-dosa besar lainnya, karena dosa ikut serta dalam perayaan non muslim mengandung unsur syirik dan kufur, yaitu ikut merestui kekufuran dan kesyirikan.
Hari Kasih Sayang Dalam Islam
Islam adalah agama kasih sayang, yaitu kasih sayang yang benar dan bukan pelecehan kehormatan. Dalam Al-Qur’an banyak disebutkan sifat Allah Ar-Rahmaan dan Ar-Rahiim, Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa ‘Ala Alihi Wasallam adalah manusia yang penuh dengan kasih sayang dan mengajarkan kasih sayang.
Beliau bersabda: “Orang-orang yang penyayang pasti disayang oleh Sang Maha Penyayang. Sayangi yang di bumi, pasti yang di langit sayang kepadamu.”…
“Siapa yang tidak menyayangi, dia tidak akan di sayangi.”

Jadi, dalam agama Islam setiap hari adalah Hari Kasih Sayang…
Alhamdulillah, aku bangga jadi orang Islam, buat apa meniru-niru yang lain….



*)hatibening

Kamis, 07 Februari 2013

RUMAH TAHFIDZ

Rumah Tahfids Hidayatul Qur.an
Sekretariat : Rt 02 / 02 Banjarsari
 


    
Ingin BELAJAR dan MENGHAFAL AL QURAN ……..!!!!!!
BERGABUNGLAH BERSAMA KAMI DI
RUMAH TAHFIDZ HIDAYATUL QUR’AN “HQ”

*)  Sebaik – baik kamu adalah yang mau belajar al – quran (HR.Usman bin Afan ra)

*)  Dan sesungguhnya telah kami mudahkan alquran untuk palajaran . maka adakah orang yang mengambil pelajaran ….? (Q.S. Al Qomar . 17)

 Kembangkan dan wujudkan cita – cita anda menjadi Al Hafidz / Al Hafidzoh melalui :


                      
PROGAM RUMAH TAHFIDZ HIDAYATUL QURAN “H.Q”
1.      Tahfidzul Qur’an
2.      Semaan Al Qur’an
3.      Taman Pendidikan Al Qur’an
4.      Majlis Dzikir / Mujahadah
5.      Pembelajaran Fiqih
6.      Wisata Hati
7.      Jami’iyyatul Hadroh H.Q

# RUMAH TAHFIDZ h.q MENERIMA SANTRI MUKIM #
Untuk Putra / Putri dari usia SD s/d SLTA dengan asrama GRATISSS

Informas lebih lanjut hubungi :
1.Ustadz El Ilyas       > 081391491807
2.Ustadz Al Hakim   > 081215969815
3.Sekretariat H.Q     > 081391309522

Rabu, 06 Februari 2013

Berapa Harga Diri Kita?

Adakah uang receh, sudah tersiapkan di mobil kita? Sebab ketika lampu jalanan berwarna merah, anak-anak kecil itu bertebaran mengais rezekinya.
Suatu ketika kami sekeluarga pergi ke tempat keramaian, sebuah pusat pertokoan. Kami berhenti di salah satu trafic light di tengah kota karena lampu sedang menunjukkan warna merah.
Pada saat itu seperti biasanya beberapa anak jalanan bertebaran mencari ‘rezeki’ masing-masing dari beberapa pengendara mobil yang lagi berhenti.
Sebagian besar dari mereka adalah para pengamen jalanan, dengan rata-rata usia sekitar 15 tahunan. Bahkan ada yang masih imut-imut sekitar umur 5 tahunan. Anak-anak kecil tersebut bernyanyi membawa sebatang kayu yang diberi logam bekas penutup botol kecap sehingga kalau digoyang akan mengeluarkan bunyi….
Ada juga yang tanpa membawa apa-apa, pokoknya nyanyi, sambil mendekati setiap mobil yang berhenti di lampu merah.
Pemandangan semacam itu menjadi biasa, karena setiap saat kita akan bertemu dengan mereka di jalanan. Sehingga tak akan membekas di hati, karena ya sudah setiap hari kita menemuinya.
Tetapi marilah kita mencoba, menerobos hati kita yang ‘membaja’ tersebut. Cobalah melihat diri kita yang begitu banyak nikmat yang telah kita terima. Mulai dari nikmat sehat kita, nikmat rezeki kita, nikmat ilmu, nikmat kesempatan, nikmat keluarga yang bahagia. Bandingkan keadaan mereka dengan keadaan kita.
Ah, sungguh hati ini akan bergetar. Lantas kita menjadi bersyukur, lantas kita menjadi kasihan, lantas kita menjadi merasa agak malu kalau tidak memberi, lantas kita menjadi merasa bersalah kalau membiarkan mereka, lantas kita merasa berdosa kalau kita lewat tanpa berbuat apa-apa untuk mereka…
Pada saat itu mobil kami berada di urutan ke enam di belakang mobil-mobil yang bagus, bahkan di depan kami salah satunya adalah mobil mewah. Mereka para anak jalanan itu bertebaran menuju ‘mobilnya’ masing-masing. Anak yang ada di deretan mobil kami masih kecil sekitar usia 6 tahunan. Ia menengadahkan tangannya yang kotor dan kurus itu ke kaca mobil-mobil yang ada di depan kami.
Terjadi sebuah pemandangan yang cukup mengharukan, karena semua mobil yang ada di depan kami ternyata tidak memberi sepeserpun kepada anak-anak kecil ini. Semua kacanya tertutup rapat karena mereka menikmati segarnya udara dingin di dalam mobil. Sementara di luar mobil anak-anak kecil itu juga sedang `menikmati’ panasnya terik matahari. Kami lihat mobil-mobil itu semua acuh tak acuh terhadap anak-anak kecil ini, yang sebenarnya jika mereka memberi seratus rupiah saja, sudah ada kelegaan di hati anak-anak kecil itu.
Akhirnya anak-anak itu sampai ke mobil kami. Maka saya suruh adik saya yang masih berusia 10 tahun untuk memberikan uang kepada mereka. Uang tersebut memang sudah kami sediakan di mobil untuk anak-anak jalanan dan orang minta-minta lainnya.
Sambil memberikan uang ‘recehan Ekepada anak-anak jalanan tersebut, adik saya bergumam :”..waduh mobil-mobil di depan kita itu bagus-bagus ya… pasti orang yang punya mobil adalah orang yang banyak duitnya… tetapi kok nggak memberi uang ya…?! Kasihan sekali anak-anak itu, mungkin mereka sudah sejak pagi tadi berdiri di tengah jalan ini…!”
Mendengar kata-kata adik saya ini, saya jadi terharu. Padahal biasanya kami memberi ya dengan perasaan biasa saja tanpa teringat apa-apa karena semacam itu adalah hal yang rutin dilakukan oleh siapa saja. Tetapi setelah ada kata-kata tersebut maka perasaan trenyuh, haru, kasihan, merasa bersalah, muncul lagi di hati saya. Saya jadi berfikir. Betapa banyaknya orang-orang yang kondisinya lebih dari cukup, yang rezekinya dilebihkan oleh Allah Swt tidak mau peduli dengan kondisi masyarakatnya…
Saya jadi teringat perkataan nabi Muhammad rasulullah saw. Kata beliau: “Sungguh belum dikatakan sebagai orang yang beriman, apabila ada orang tidur pulas kekenyangan, sementara ada tetangganya yang kelaparan.”
Menarik sekali apa yang disampaikan Rasulullah Seseorang yang tidak tahu kalau ada tetangganya sedang kelaparan, ia sudah dikategorikan orang yang tidak beriman, ketika ia tertidur karena kekenyangan. Padahal kan orang yang tertidur itu tidak mengetahui kalau ada tetangganya yang sedang kelaparan? Mengapa ia masih dikatakan tidak beriman?
Insya Allah artinya bahwa kita sebagai manusia yang hidup bersosial dengan manusia lainnya ini, seharusnya selalu aktif memperhatikan kondisi masyarakat kita. Meskipun yang sedang lapar itu tidak berada di hadapan, kita tetap dikategorikan sebagai orang yang salah. Bahkan dikatakan tidak beriman, jika itu terjadi di lingkungan kita.
Kalaulah dalam keadaan yang tidak tahu saja, sudah dikatakan sebagai orang yang tidak beriman, bagaimana dengan kondisi diatas. Dimana anak-anak itu mendatangi kita menengadahkan tangannya untuk minta secuil rezeki kita?
Masihkah kita bangga dengan sebutan kita sebagai orang Islam? Satu hal yang sangat ironis, adalah jika mobil-mobil yang acuh tersebut, ternyata di kaca mobilnya tertulis sebuah stiker yang sangat ‘keren’: “ISLAM IS OUR LIFE”.
Ya Semoga dengan merenungi kejadian ‘rutin’ yang sering kita jumpai di masyarakat kita ini, paling tidak kita akan berbuat sesuatu…
Kejadian di jalan itu tentu hanyalah sekedar contoh kecil saja. Semoga kita sebagai hamba Allah yang diberi rezeki yang cukup olehNya, kita juga ikut andil dalam meringankan beban saudara-saudara kita yang cukup memprihatinkan itu. Walaupun nilainya sangat kecil, walaupun yang kelihatannya tidak berarti apa-apa. Mari kita berbuat sebisa mungkin.
Kata Ali bin Thalib: “… lebih baik memberi walaupun sedikit, dari pada tidak sama sekali…”
InsyaAllah kita semua yakin bahwa masih sangat banyak orang-orang yang mempunyai kepedulian tinggi di masyarakat. Masih sangat banyak wali Allah yang dengan kedermawanannya telah berbuat banyak di masyarakat ini. Karena memang disinilah letak ‘harga’ kita dimata Allah Swt.
Allah Maha Melihat, kepada siapa saja yang berbuat kebajikan, meskipun tangan kirinya tidak melihat ketika tangan kanannya memberikan sesuatu. Allahpun Maha Melihat kepada siapa yang berbuat kerusakan, meskipun dilakukannya di tempat yang tersembunyi tiada orang sama sekali…
QS. Al Baqarah : 271
Jika kamu menampakkan sedekah(mu), maka itu adalah baik sekali. Dan jika kamu menyembunyikannya dan kamu berikan kepada orang-orang fakir, maka menyembunyikan itu lebih baik bagimu. Dan Allah akan menghapuskan dari kamu sebagian kesalahan-kesalahanmu; dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.

Indahnya Saling Memberi

Zaman bertambah maju! Demikian sebuah ungkapan tentang zaman sekarang ini. Secara umum hal ini dapat ditengarai dari keadaan masyarakat kita. Kondisi sekarang memang relatif lebih baik’ dibanding zaman dahulu. Sebut saja era 1970-an. Ketika itu, dari sekian keluarga yang ada di kampung saya berada, yang mempunyai pesawat televisi hanya ada dua orang saja.
Sehingga kalau ada pertandingan sepak bola dunia misalnya, atau ada pertandingan tinju kelas dunia, atau acara menarik lainnya yang ada di televisi, sebagian besar penduduk yang ingin melihat akan berbondong-bondong menuju ke rumah yang mempunyai televisi tersebut.
Sekitar satu jam sebelum pertunjukkan dimulai, kami semua pemuda maupun orang tua sudah berjubel mencari tempat duduk yang enak di dekat televisi agar bisa melihat dengan jelas. Demikian sekedar gambaran betapa sekarang ini zaman sudah semakin maju.
Kini, di kampung tempat tinggal saya dahulu -sekitar 900 keluarga – tidak satu pun yang tidak mempunyai televisi. Apakah rumah mewah yang di dalamnya terdapat lebih dari satu pesawat televisi, ataukah gubuk-gubuk kecil sederhana yang hanya punya satu ruangan saja, semua rumah sudah ada televisinya. Zaman sudah berubah!
Bersamaan dengan ‘kemajuan’ zaman, maka situasi dan kodisi juga berubah secara drastis dan mengejutkan. Tetapi perubahan demi perubahan itu menjadi tidak terasa karena kita semua juga mengikuti perubahan yang terjadi, sehingga terjadilah penyesuaian perubahan pada masing-masing orang.
Sebagai ilustrasi sederhana, kita ketahui bahwa bumi tempat kita berpijak ini bergerak mengelilingi matahari dengan kecepatan yang sangat tinggi yaitu sekitar 107.000 km/jam. Dan pada saat yang bersamaan pula bumi kita juga berputar pada sumbunya dengan kecepatan sekitar 1.600 km/jam. Baik secara revolusi maupun secara rotasi bumi mengalami perubahan posisi yang sangat cepat dan bermakna.
Mengapa kita tidak merasakannya? Jawabnya, adalah karena kita juga mengikuti perubahan itu. Kita telah lengket di bumi tempat kita berpijak, disebabkan adanya gravitasi bumi. Bayangkan andaikata kita manusia yang ada dibumi ini tidak dipengaruhi oleh gravitasi bumi. Dan kita berada pada posisi ‘bebas’, padahal bumi terus berputar dan bergerak dengan begitu cepatnya…
Kira-kira apa yang akan terjadi ? Tentu kita manusia akan hancur berantakan dan ludes, karena akan tertabrak dan ‘tertampar’ oleh ribuan bangunan dan ribuan pohon-pohon besar yang ada di sekitar kita yang ikut berputar karena mengikuti rotasi bumi. Untung saja dengan penuh kasih sayangNya Allah Swt memberlakukan gravitasi bagi manusia. Sehingga manusia juga ikut berputar mengikuti rotasi bumi dengan `nyaman’…
Berkaitan dengan kemajuan zaman yang semakin modern ini, marilah kita saksikan sebuah kejadian lain…!
Ternyata kehidupan di sekitar kita semuanya juga berubah. Termasuk pasar tempat kita belanja. Yang dahulu kita belanja di pasar tradisional, kini perilaku kita juga berubah. Kita sering belanja di tempat-tempat belanja modern yaitu di supermarket. Saat ini sudah demikian menjamur dan banyak bermunculan disetiap kota besar maupun kota kecil di seluruh pelosok negeri.
Jika kita bandingkan kedua pasar itu, ada suatu perbedaan yang sangat menyolok dan cukup signifikan antara situasi pasar tradisional dan supermarket sebagai pasar modern.
Belanja di supermarket, lebih praktis, lebih efektif, serta lebih bersih keadaannya. Sehingga waktu pun menjadi lebih efisien. Dan suasana belanja mungkin menjadi lebih nyaman. Di supermarket semua barang sudah ada label harganya. Sudah ditimbang sesuai dengan ukurannya. Tak ada tawar menawar antara penjual dan pembeli. Mungkin itulah ciri dari masyarakat modern! Semua ingin serba cepat dan praktis.
Tetapi, pada kondisi itu kalau kita renungkan, dan kita cermati dengan seksama, ada sesuatu yang hilang, Mari kita kenang kembali, suasana ketika masing-masing dari diri kita pernah belanja di pasar tradisional. Yang sampai sekarangpun sebenarnya masih banyak kita jumpai.
Pernah suatu ketika saya belanja di pasar ‘pagi’ di kampung saya. Pada saat itu tanpa sengaja saya melihat suatu ‘adegan’ yang cukup menarik untuk ditulis dalam diskusi ini. Seorang ibu setengah baya, membeli buah alpukat di salah satu penjual yang ada di pasar tersebut.
Setelah terjadi dialog kecil dalam proses jual beli yang cukup akrab, ibu tersebut menawar dengan harga tertentu. Selanjutnya si penjual mengambilkan buah alpukat yang bagus-bagus sebanyak 10 buah ditambah satu. Sehingga buah alpukat yang dibeli menjadi sebelas buah dengan harga kesepakatan untuk sepuluh buah alpukat. (Dalam bahasa jawa, satu biji alpukat yang diberikan oleh si penjual disebut welasan).
Ada tiga point penting yang cukup menarik untuk diperhatikan dalam proses jual beli tersebut, yang di pasar modern mungkin tidak pernah terjadi.
Niat baik si penjual (yang sudah merupakan tradisi) memberi welasan pada si pembeli. Niat baik si penjual ketika memilihkan buah yang bagus. Proses komunikasi yang sangat akrab dan saling menghargai antara penjual dan pembeli
Dalam waktu yang hampir bersamaan, terjadi pula di sebelah kejadian tersebut satu peristiwa yang tidak kalah menariknya.
Seorang ibu muda membeli gula merah sebanyak satu kg. Yang menarik adalah ketika si penjual menimbang gula merah, daun timbangannya sangat mantap, melebihi berat 1 kg sebagai kesepakatan jumlah gula yang dibeli.
Di sini terjadi sebuah tradisi budaya yang sangat indah, yaitu budaya memberi dari seorang penjual kepada pembeli.
Dan yang lebih menarik lagi adalah, dikarenakan si penjual mempunyai niat yang baik ketika melakukan proses penimbangan, maka saya lihat si pembeli juga tidak mau ‘kalah’ dalam hal berbuat baik. Ketika si penjual berupaya mencari uang kecil sebagai uang kembalian dari jual beli tersebut, si pembeli tidak mau menerimanya.
Kata pembeli : “…kersane bu, mboten usah ngangge susuk, njenengan sampun mantepake timbangan kangge kulo… ( biarlah bu, tidak usah pakai uang kembalian, toh, ibu juga telah memberi cukup banyak kelebihan timbangan gula ini untuk saya…)”,
Kata penjual: “…maturnuwun bu, nyuwun ikhlase penggalih nggih …?( terima kasih bu, mohon keikhlasan hati, ya…?!)” Balas pembeli : “…oh, inggih bu, sami-sami..,( oh, iya bu, sama-sama…)”
Inilah sebuah adegan sederhana dalam proses jual beli di pasar tradisional yang sangat menarik dan sangat Islami, yang tentu tidak akan kita jumpai di dalam supermarket. Point yang menarik dari kejadian sederhana itu adalah
Adanya niat baik si penjual ketika memberi lebih banyak dari berat timbangan yang ditentukan. Niat baik si pembeli ketika membalas pemberian si penjual
Permohonan maaf, untuk saling mengikhlaskan. Terjadinya proses ‘saling memberi’ yang sangat indah.
“Saling memberi” adalah kata kunci dalam sebuah kehidupan sosial yang sangat harmonis, yang sangat Islami, yang di zaman modern ini semakin pudar dan semakin langka saja.
Allah Swt, begitu menghargai orang-orang yang mempunyai semangat untuk memberi. Bahkan kata Allah dalam Al Qur’an Al Karim, salah satu sifat dari orang yang bertaqwa adalah suka memberi, baik ia dalam kondisi sedang lapang mau pun senang. Atau ketika kondisi sedang sempit dan susah.
Q.S. Ali Imran:134
(yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.
Kejadian itu tampak sederhana. Suatu peristiwa keseharian yang ‘sepele’. Dan merupakan hal yang rutin. Tetapi kalau diamati dengan sesungguhnya, akan tampaklah keindahan peristiwa itu.
Maka bagi seorang yang beriman dia akan selalu merasa bahwa Allah Yang Maha Kuasa, ternyata selalu ‘hadir Edimana saja dan kapan saja untuk memberi pelajaran kepada hambaNya.
Timur dan barat adalah kepunyan Allah, oleh sebab itu kemana saja kita hadapkan muka, disana akan bertemu dengan Allah, sesungguhnya Allah Maha Luas kekuasaanNya dan Dia Maha Mengetahui.

Kerja Itu Cuma Selingan, Untuk Menunggu Waktu Shalat

Ketika Pak Heru, atasan saya, memerintahkan untuk mencari klien yang bergerak di bidang interior, seketika pikiran saya sampai kepada Pak Azis. Meskipun hati masih meraba-raba, apa mungkin Pak Azis mampu membuat kios internet, dalam bentuk serupa dengan anjungan tunai mandiri dan dari kayu pula, dengan segera saya menuju ke bengkel workshop Pak Azis.
Setelah beberapa kali keliru masuk jalan, akhirnya saya menemukan bengkel Pak Azis, yang kini ternyata sudah didampingi sebuah masjid. Pak Azispun tampak awet muda, sama seperti dulu, hanya pakaiannya yang sedikit berubah. Kali ini dia selalu memakai kopiah putih. Rautnya cerah, fresh, memancarkan kesan tenang dan lebih santai. Beungeut wudhu-an ( wajah sering wudhu), kata orang sunda. Selalu bercahaya.
Hidayah Allah ternyata telah sampai sejak lama, jauh sebelum Pak Azis berkecimpung dalam berbagai dinamika kegiatan Islam. Hidayah itu bermula dari peristiwa angin puting-beliung, yang tiba-tiba menyapu seluruh atap bengkel workshop-nya, pada suatu malam kira-kira lima tahun silam. “Atap rumah saya tertiup angin sampai tak tersisa satupun. Terbuka semua.” cerita Pak Azis.”Padahal nggak ada hujan, nggak ada tanda-tanda bakal ada angin besar. Angin berpusar itupun cuma sebentar saja.”
Batin Pak Azis bergolak setelah peristiwa itu. Walau uang dan pekerjaan masih terus mengalir kepadanya, Pak Azis tetap merasa gelisah, stres & selalu tidak tenang. “Seperti orang patah hati, Ndra. Makan tidak enak, tidur juga susah.”cerita Pak Azis lagi.
Lama-kelamaan Pak Azis menjadi tidak betah tinggal di rumah dan stres. Padahal, sebelum kejadian angin puting-beliung yang anehnya hanya mengenai bengkel workshop merangkap rumahnya saja, Pak Azis merasa hidupnya sudah sempurna. Dari desainer grafis hingga jadi arsitek. Dengan keserbabisaannya itu, pak Azis merasa puas dan bangga, karena punya penghasilan tinggi. Tapi setelah peristiwa angin puting-beliung itu, pak Azis kembali bangkrut, beliau bertanya dalam hati : “apa sih yang kurang” apa salahku ” ?
Akhirnya pak Azis menekuni ibadah secara mendalam “Seperti musafir atau walisongo, saya mendatangi masjid-masjid di malam hari. Semua masjid besar dan beberapa masjid di pelosok Bandung ini, sudah pernah saya inapi.” Setahun lebih cara tersebut ia jalani, sampai kemudian akhirnya saya bisa tidur normal, bisa menikmati pekerjaan dan keseharian seperti sediakala.
“Bahkan lebih tenang dan santai daripada sebelumnya.”
“Lebih tenang ? Memang Pak Azis dapet hikmah apa dari tidur di masjid itu ?”
“Di masjid itu ‘kan tidak sekedar tidur, Ndra. Kalau ada shalat malam, kita dibangunkan, lalu pergi wudhu dan tahajjud. Karena terbiasa, tahajjud juga jadi terasa enak. Malah nggak enak kalau tidak shalat malam, dan shalat-shalat wajib yang lima itu jadi kurang enaknya, kalau saya lalaikan. Begitu, Ndra.”
“Sekarang tidak pernah terlambat atau bolong shalat-nya, Pak Azis ?”
“Alhamdulillah. Sekarang ini saya menganggap bhw yg utama itu adalah shalat. Jadi, saya dan temen-temen menganggap kerja itu cuma sekedar selingan aja.” “Selingan ?”
“Ya, selingan yang berguna. Untuk menunggu kewajiban shalat, Ndra.” Untuk beberapa lama saya terdiam, sampai kemudian adzan ashar mengalun jelas dari masjid samping rumah Pak Azis. Pak Azis mengajak saya untuk segera pergi mengambil air wudhu, dan saya lihat para pekerjanyapun sudah pada pergi ke samping rumah, menuju masjid. Bengkel workshop itu menjadi lengang seketika. Sambil memandang seluruh ruangan bengkel, sambil berjalan menuju masjid di samping workshop, terus terngiang-ngiang di benak saya : “Kerja itu cuma selingan, Ndra. Untuk menunggu waktu shalat…”
Sepulangnya dari tempat workshop, sambil memandang sibuknya lalu lintas di jalan raya, saya merenungi apa yang tadi dikatakan oleh Pak Azis. Sungguh trenyuh saya, bahwa setelah perenungan itu, saya merasa sebagai orang yang sering berlaku sebaliknya. Ya, saya lebih sering menganggap shalat sebagai waktu rehat, cuma selingan, malah saya cenderung lebih mementingkan pekerjaan kantor. Padahal sholat yang akan bantu kita nantinya…(sungguh saya orang yang merugi..) Kadang-kadang waktu shalat dilalaikan sebab pekerjaan belum selesai, atau rapat dengan klien dirasakan tanggung untuk diakhiri.
Itulah penyebab dari kegersangan hidup saya selama ini. Saya lebih semangat dan habis-habisan berjuang meraih dunia, daripada mempersiapkan bekal terbaik untuk kehidupan kekal di akhirat nanti. Padahal dunia ini akan saya tinggalkan juga, kenapa saya begitu bodoh..
Saya lupa, bahwa shalat adalah yang utama. Mulai saat itu saya berjanji untuk mulai shalat di awal waktu..

pintu syurga

Ibnu Abbas ra. berkata: Surga mempunyai 8 pintu yang terbuat dari emas, yang dihiasi dengan jauhar (sejenis mutiara) dan pada pintu yang pertama tertulis kalimat LAA ILAAHA ILLALLAAH MUHAMMADUR RASUULULLAH, yaitu pintu bagi para Nabi dan Rasul, syuhada’ dan juga pintunya orang-orang yang dermawan. Pintu yang kedua yaitu pintu bagi orang-orang yang mendirikan shalat, orang yang menyempurnakan wudhunya dan orang yang menyempurnakan rukun-rukun shalatnya. Pintu yang ketiga yaitu pintu bagi orang-orang yang memberikan zakatnya dengan senang hati dan ikhlas. Pintu yang keempat yaitu pintu bagi orang-orang yang memerintahkan kepada kebajikan dan mencegah terhadap perbuatan munkar. Pintu yang kelima yaitu pintu bagi orang-orang yang dapat memelihara syahwatnya dan mencegah dari nafsu yang buruk. Pintu yang keenam yaitu pintu bagi orang-orang yang melaksanakan haji dan umrah. Pintu yang ketujuh yaitu pintu bagi orang-orang yang berjihad (dijalan Allah). Dan pintu yang kedelapan yaitu pintu bagi orang-orang yang bertaqwa, yaitu orang yang memejamkan matanya dari perbuatan dan sesuatu yang haram, orang-orang yang melakukan kebaikan, diantaranya: berbuat baik kepada orang tua, mempererat tali persaudaraan (silaturrahim) dan lain sebagainya.
Surga ada 8 (delapan)macam:
  1. Darul Jalal yaitu surga yang terbuat dari mutiara putih.
  2. Darus Salam yaitu surga yang terbuat dari yaqut merah.
  3. Jannatul Ma’wa yaitu surga yang terbuat dari zabarjud hijau.
  4. Jannatul Khuldi yaitu surga yang terbuat dari marjan yang berwarna merah dan kuning.
  5. Jannatun Na’im yaitu surga yang terbuat dari perak putih.
  6. Jannatul Firdaus yaitu surga yang terbuat dari emas merah.
  7. Jannatul ‘Adn yaitu surga yang terbuat dari intan putih.
  8. Darul Qarar yaitu surga yang terbuat dari emas merah.

Darul Qarar adalah surga yang paling utama dibandingkan dengan surga yang lain. Surga ini mempunyai dua pintu dan dua daun pintu, satu daun pintu terbuat dari emas, dan yang satunya terbuat dari perak. Jarak setiap pintu adalah sebagaimana jarak antara bumi dan langit. Adapun bangunan yang ada didalamnya terbuat dari bata emas dan bata perak, tanahnya dari misik, debunya dari anbar, rumputnya dari za’faran, istana-istananya terbuat dari mutiara, punggungnya dari yaqut dan pintunya dari jauhar.
Didalam surga ini terdapat sungai yang namanya sungai Rahmat yaitu sungai yang mengalir keseluruh surga, kerikil-kerikilnya dari mutiara yang sangat putih, lebih putih dari embun dan lebih manis dari madu.
Didalam surga terdapat sungai yang bernama Sungai Kautsar yaitu sungai Nabi kita Muhammad Saw. pohon-poinnya terbuat dari intan dan yaqut. Didalam surga juga terdapat sungai Kafur, sungai Tasnim, sungai Salsabil, sungai Rahiqul Makhtum dan dibelakang sungai-sungai ini terdapat sungai-sungai lain yang tidak terhitung jumlahnya.
Diriwayat Nabi Saw. beliau bersabda: “Pada malam aku dijalankan (isra’) ke langit, telah diperlihatkan kepadaku seluruh surga, maka aku melihat empat sungai, yang pertama sungai dari air yang tidak berubah warnanya, kedua sungai dari susu yang tidak pernah berubah rasanya, dan ketiga sungai dari arak dan yang keempat sungai dari madu yang sangat bening.” Sebagaimana firman Allah Swt.:
“Yang didalamnya terdapat sungai-sungai dari air yang tidak berubah rasa dan baunya, sungai-sungai dari air susu yang tidak berubah rasanya, sungai-sungai dari khamer yang lezat rasanya bagi orang yang meminumnya dan sungai-sungai dari madu yang bersih dan jernih.” (Qs. muhammad: 15).
Maka aku tanyakan keada Malaikat Jibril as.: “Darimanakah datangnya sungai-sungai ini dan kemana mengalirnya? ” Maka Malaikat Jibril as. menjawab: “Sungai itu mengalir ke telaga kautsar dan aku tidak tau dari mana asalnya, maka tanyakanlah kepada Allah agar Dia memberi tau dan memperlihatkan kepadamu.” Maka berdoalah Nabi Muhammad kepada Allah Swt. Kemudian datanglah seorang malaikat kepada beliau dan memberi salam, seraya berkata:”Wahai Muhammad, pejamkanlah kedua matamu” Maka aku pejamkan mataku, lalu ia berkata:”Bukalah kedua matamu” maka aku buka kedua mataku, tiba-tiba aku berada dibawah pohon dan aku melihat kubah dari intan putih yang memiliki pintu-pintu dari yaqut hijau dan kunci-kuncinya dari emas merah. Andaikata semua makhluk yang ada didunia baik jin atau manusia berhenti diatas kubah itu, sungguh mereka hanya seperti burung yang hinggap diatas gunung. Maka aku melihat empat sungai itu mengalir dari kubah itu. Ketika aku ingin kembali malaikat tadi berkata kepadaku: “Kenapa engkau tidak masuk kedalam kubah itu?” aku menjawab:”Bagaimana aku bisa memasukinya, sedangkan pintu-pintunya tertutup.” Dia berkata:”Bukalah dia” Aku bertanya:”Bagaimana aku harus membukanya?” Lalu dia berkata:”Kuncinya berada ditanganmu” Aku berkata:”Apa kuncinya?” Dia menjawab:”Yaitu lafazh BISMILLAAHIR RAHMAANIR RAHIM” maka terbukalah pintu itu lalu aku masuk kedalamnya. Maka aku melihat sungai-sungai itu mengalir dari empat tiang kubah. Ketika aku hendak keluar, maka malaikat itu berkata kepadaku:”Apakah engkau telah melihat dan mengetahuinya? ” Aku menjawab:”Ya” Malaikat itu berkata kepadaku: “Lihatlah sekali lagi.” Ketika aku melihatnya, maka tertulis diatas empat kubah tersebut lafazh BISMILLAAHIR RAHMAANIR RAHIM Aku melihat sungai air itu keluar dari huruf Mim-nya lafazh BISMI, sungai susu keluar dari huruf Ha’-nya lafazh Allah, sungai arak (khamer) keluar dari Mim-nya lafazh RAHMAN, dan sungai madu keluar dari Mim-nya lafazh RAHIM. Maka aku baru mengerti bahwa asalnya sungai-sungai tersebut adalah dari lafazh Basmalah. Kemudian Allah Swt. berfirman: “Wahai Muhammad, barang siapa yang mengingat-Ku dengan nama ini dari golongan umatmu dengan hati tulus (ikhlas) lafazh BISMILLAAHIR RAHMAANIR RAHIIM maka aku beri dia minum dari empat sungai ini.”
Kemudian Allah memberi minum kepada ahli-ahli surga itu dengan air surga pada hari sabtu, memberi minum dengan madu surga pada hari ahad, memberi minum dengan susu surga pada hari senin, dan memberi minum dengan arak pada hari selasa. Disaat mereka minum, mabuklah mereka lalu terbanglah ahli surga itu selama seribu tahun hingga mereka berhenti pada suatu gunung yang besar yang terbuat dari kasturi yang harum semerbak baunya dan sungai Salsabil mengalir dibawahnya. Maka minumlah mereka pada sungai itu tepat pada hari rabu.
Kemudian terbanglah mereka selama seribu tahun hingga berhenti pada suatu istana yang indah, didalamnya terdapat ranjang-ranjang yang tinggi, dan beberapa gelas yang sudah disediakan sebagaimana yang sudah diterangkan dalam Al-Quran. Maka duduklah setiap orang dari mereka diatas ranjang, lalu datanglah pada mereka minuman Zanzabil kemudian mereka meminumnya tepat pada hari kamis.
Setelah itu mereka dihujani oleh awan yang putih selama seribu tahun, sehingga mereka sampai ketempat duduknya orang yang benar, pada hari itu tepat pada hari jumat, mereka duduk diatas hidangan yang kekal abadi dan turunlah pada mereka minuman Rahiqul Makhtum, yang ditutupi dengan misik. Kemudian mereka membuka tutup tersebut dan mereka meminumnya.
Nabi Saw. bersabda: “Mereka itulah orang-orang yang melakukan kebaikan dan menjauhi perbuatan maksiat”

FASAL: Pepohonan Di Surga
Ka’ab ra.: Aku bertanya kepada Rasulullah Saw. tentang pohon-pohonan di surga. Maka beliau menjawab: “Tidak pernah kering dahan-dahannya dan daun-daunnya tidak pernah berguguran dan tidak rusak buahnya. Sesungguhnya pohon yang paling besar di surga adalah pohon Thuba, yang akarnya terbuat dari intan, batangnya dari yaqut, dahannya dari zabarjud dan daun-daunnya dari sutra yang halus. Pohon ini memiliki 70.000 cabang, setiap cabang itu menyentuh Arasy dan lebih rendah-rendahnya cabang itu berada di langit dunia.”
Tidak ada didalam surga sebuah kamar, tidak ada sebuah kubah dan tidak ada bilik kecuali didalamnya terdapat cabang pohon itu, yang bisa mengayomi diatas surga. Pada pohon itu mengeluarkan buah-buahan menurut apa yang dikehendaki oleh hati. Bandingan dari pohon itu di dunia adalah matahari, asalnya matahari berada di langit tetapi sinarnya sampai kesegala tempat.
Ali ra. berkata: “Aku menyatakan dari beberapa hadits, sesungguhnya pohon-pohon di surga itu berasal dari perak, sedangkan daun-daunnya sebagian dari perak dan sebagian (yang lain) dari emas. Kalau sekiranya batang pohon itu dari perak, maka akar-akarnya dari emas. Pohon-pohon didunia akarnya di bumi dan cabang-cabangnya berada di udara, karena sesungguhnya dunia itu tempat yang fana (rusak). Akan tetapi pohon-pohonan yang terdapat di surga tidaklah demikian halnya, akarnya di udara dan cabang-cabangnya di bumi. Sebagaimana firman Allah Swt.:
“Buah-buahnya dekat. Makan dan minumlah dengan sedap disebabkan amal yang telah kamu kerjakan pada hari-hari yang telah lalu.” (Qs. Al-Haqqah: 23-24).
Dan debu-debu di surga itu dari misik, anbar dan kafur, dan sungai-sungainya terdiri dari susu, madu, arak dan air yang sangat jernih. Apabila angin bertiup menerpa dedaunan, maka bersentuhlah antara daun yang satu dengan daun yang lainnya hingga menimbulkan suara yang sangat indah (merdu), dan suara seindah itu belum pernah didengar.
Dengan sanad dari Ali ra. Sesungguhnya ia berkata: Sesungguhnya Rasulullah Saw. bersabda: “Sesungguhnya didalam surga terdapat suatu pohon , yang dibagian atasnya keluar perhiasan dan pada bagian bawahnya keluar kuda yang memiliki sayap yang diberi pelana, yang dikendalikan, yang ditaburi dengan intan dan yaqut. Kuda tersebut tidak pernah mengeluarkan kotoran dan tidak pernah buang air kecil. Adapun yang menaiki kuda itu adalah para wali Allah Swt. dan kuda ini akan membawa terbang para wali Allah tersebut ke surga. Lalu berkatalah orang-orang yang berada dibawah mereka:”Wahai Tuhanku, lantaran apa hamba-hamba- Mu itu mencapai kemulian semcam itu?” Maka Allah Swt. berfirman kepada mereka: “Mereka itulah orang-orang yang mengerjakan shalat ketika kalian semua masih tidur, mereka melakukan puasa sedangkan kalian tidak, mereka berjihad membela agama Allah sedangkan kalian semua duduk disisi istri kalian, dan mereka bersedekah dengan harta mereka dijalan Allah, sedangkan kalian semua bakhil (kikir).”
Dari Abu Hurairah ra. beliau berkata: Sesungguhnya didalam surga itu terdapat sebuah pohon, orang yang menaiki bisa berjalan dibawah naungannya selama 100 tahun dan naungan itu tidak akan putus. Sebagaimana firman Allah Swt.:
“Dan naungan yang terbentang luas, dan air yang tercurah, dan buah-buahan yang banyak. Yang buah-buahnya tidak berhenti dan tidak terlarang mengambilnya.” (Qs. Al-Waqi’ah: 30-33).
Diibaratkan waktu didunia adalah waktu sebelum matahari terbit dan sudah terbenamnya matahari, sampai hilangnya mega dan gelap malam yang menutupi di dunia. Maka sesungguhnya waktu itu adalah naungan yang terbentang luas. Sebagaimana firman Allah Swt.:
“Apakah kamu tidak memperhatikan (penciptaan) Tuhanmu, bagaimana Dia memanjangkan bayang-bayang. “ (Qs. Al-Furqan: 45).
Maksudnya adalah waktu sebelum terbitnya matahari dan sesudah terbenamnya, sampai masuk pada kegelapan malam.
Diriwayatkan dari Nabi Saw. sesungguhnya beliau bersabda: “Apakah aku tidak pernah menceritakan kepadamu tentang waktu(saat), yaitu waktu yang serupa dengan waktu yang ada di surga. Dia adalah waktu dimana sebelum matahari terbit, bayang-bayangnya itu memanjang, rahmatnya saat itu merata dan berkahnya saat itu banyak.”

Etika Berdo’a

Dalam berinteraksi dengan manusia, ada etika, sopan santun, dan adab. Menjaga pola interaksi dan komunikasi yang baik, akan menjamin hubungan yang baik dengan sesama. Begitupun sebaliknya. Tanpa etika, sopan santun dan adab, hubungan sesama manusia akan sulit menghasilkan sesuatu yang diharapkan. Ilustrasi ini, akan mengawali, bagaimana kita menjalin hubungan, komunikasi dan interaksi yang baik dengan Allah SWT melalui do’a.
Tentu ada beberapa langkah yang diajarkan Allah, Rasulullah dan para salafushalih agar kita bisa berdo’a dengan baik.
Pertama, pilihlah waktu-waktu yang tepat untuk berdo’a. Sebenarnya berdo’a itu tidak terikat dengan waktu, tetapi Islam memang mengajarkan ada waktu yang paling baik dan istimewa untuk berdo’a. Beberapa waktu istimewa untuk dikabulkannya do’a antara lain di malam qadar (sepuluh malam terakhir dalam bulan Ramadhan), di hari Arafah (9 Zulhijjah di kala jemaah haji wukuf di Arafah), di bulan Ramadhan, di hari Jum’at, di sepertiga malam yang terakhir (sesudah jam 2 malam), pada waktu sahur (sebelum fajar), sesudah berwudhu, usai azan sebelum iqamat, ketika sedang berpuasa, ketika dalam medan jihad, di setiap selesai shalat fardu, pada waktu sedang sujud (dalam sholat atau di luar sholat), ketika sedang musafir atau bepergian, dan sebagainya. Termasuk di sini, adalah tidak menyia-nyiakan untuk berdo’a di tempat-tempat yang istimewa, seperti di Masjidil Haram, misalnya.
Kedua, gunakan keberadaan diri kita untuk meraih kesempatan berdo’a. Rasulullah menjelaskan, di antara do’a yang mustajab adalah do’a orang tua untuk anaknya, atau do’a anak yang berbakti dengan baik kepada orang tuanya, dan do’a seorang muslim untuk saudaranya yang muslim, tanpa diketahui oleh saudara yang dido’akan itu. Maka, bila kita menjadi orang tua, perbanyaklah do’a untuk anak-anak. Bila kita menjadi anak, berusahalah untuk berbakti kepada orang tua, agar do’a kita terkabulkan. Dan, jangan lupa seringlah berdo’a untuk saudara dengan diam-diam. Karena Allah berjanji akan memberi untuk kita, apa yang kita mintakan untuk saudara kita itu. Rasulullah SAW bersabda, “Tidaklah seorang muslim mendo’akan saudaranya secara diam-diam, kecuali malaikat berkata,  ‘dan untukmu seperti apa yang engkau mintakan untuknya.” (HR. Muslim).
Ketiga, mulailah berdo’a dengan memperbanyak puji-pujian kepada Allah. Memulai dengan tahmid (pujian terhadap Allah) dan shalawat kepada Rasulullah shallallahu  ‘alaihi wasallam. Rasulullah bersabda, “Jika salah seorang di antara kamu berdo’a, hendaknya memulai dengan memuji dan menyanjung Rabbnya, dan bershalawat kepada Nabi, kemudian berdo’a apa yang dia kehendaki.” (HR.Abu Daud, At-Tirmidzi, An-Nasa’i dan Ahmad, dishahihkan oleh Al-Albani). Ibnu Mas’ud ra pernah berdo’a, ia memulai dengan tahmid, kemudian bershalawat, kemudian diteruskan dengan do’a untuk kebaikan dirinya. Maka Rasulullah yang ketika itu mendengarnya mengatakan, “Mintalah pasti kamu diberi, mintalah pasti kamu diberi.” (HR. At-Tirmidzi, ia berkata, hasan shahih, dan Abdul Qadir Al-Arnauth berkata, sanadnya hasan).
Keempat, mengangkat kedua tangan. Ini adalah salah satu sikap yang menunjukkan kebutuhan seorang hamba dalam berdo’a. Perhatikanlah sabda Rasulullah yang berbunyi, “Sesungguhnya Rabbmu itu Maha Pemalu dan Maha Mulia, malu dari hamba-Nya jika ia mengangkat kedua tangannya (memohon) kepada-Nya kemudian menariknya kembali dalam keadaan hampa kedua tangannya.” (HR. Abu Daud dan At-Tirmidzi, dihasankan oleh Al-Hafizh Ibnu Hajar dan Al-Albani).
Kelima, jangan mengeraskan suara. Cukup berdo’a dengan suara samar. Menghinakan diri di hadapan-Nya dan menampakkan kebutuhan yang sangat. Cukup denqan kata-kata yang sederhana, jelas. Utamakan materi do’a yang berasal daripada Rasulullah SAW, sahabat atau salafushalih. Allah berfirman, “Berdo’alah kepada Tuhan kalian dengan merendahkan diri dan suara pelan. Sesungguhnya Dia tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas.” (QS.Al-A’raf: 55).
Keenam, sebelum berdo’a, ucapkan istighfar dan mohon ampun kepada Allah atas seluruh kesalahan dan dosa yang kita lakukan. Mintalah dengan penuh kesungguhan ampunan (maghfirah) Allah atas dosa-dosa yang telah dilakukan, baik yang disengaja maupun yang tidak disengaja, baik yang diketahui maupun yang tidak diketahuinya, baik yang diingat maupun yang terlupa. Sebab bagi Allah, tak ada sesuatu yang tersembunyi. Dia mengetahui apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi, dan apa yang ada diantara keduanya. Dia juga mengetahui apa yang kita rahasiakan dari urusan kita, dan apa yang kita nyatakan. Allah berfirman: “Dan jika kamu melahirkan apa yang ada di dalam hatimu atau kamu menyembunyikannya, niscaya Allah akan membuat perhitungan dengan kamu tentang perbuatanmu itu.” (Qs. Al Baqarah: 284). “Dia mengetahui pandangan mata yang khianat dan apa yang disembunyikan oleh hati.” (QS. Al-Mukmin: 19). Memohon ampun disertai dengan taubat yang benar dan niat yang ikhlas demi Allah akan menyucikan jiwa dan membersihkannya dari dosa-dosa.
Ketujuh, konsentrasi dan khusyu’. Pahami dan resapi benar-benar apa yang kita minta. Berdo’a tidaklah sekadar melafadzkan bait-bait yang dihafal tanpa mengerti maknanya, tetapi harus benar-benar memahami dan menginginkan dikabulkannya do’a itu. Rasulullah bersabda: “Mohonlah kepada Allah sementara kamu sangat yakin untuk dikabulkan, dan ketahuilah bahwasanya Allah tidak akan mengabulkan do’a dari hati yang lalai dan bermain-main.” (HR. At-Tirmidzi, di hasankan oleh Al-Mundziri dan Al-Albani). Ketidaksesuaian sikap sewaktu berdo’a turut mempengaruhi kesempurnaan berdo’a. Jangan sampai kita berdo’a, sementara hati kita ngelayap entah ke mana. Ingat, perbuatan manusia hanya bermakna jika disertai kesadaran hati, oleh karena itu Allah hanya menilai perbuatan manusia yang berpijak pada kesadaran hati. Demikian juga do’a kepada Allah, yang didengar bukan bunyi kata-kata, tetapi kesadaran hati orang yang berdo’a. Menurut Hadist Riwayat Tirmizi, Allah tidak mendengarkan dan tidak mengabulkan do’a dari orang yang hatinya lalai (min qalbi ghafilin lahin).
Kedelapan, hindari berdo’a untuk keburukan. Seorang muslim dilarang keras mendo’akan kemusnahan dan kehancuran sesama muslim, karena Rasulullah SAW bersabda, “Tidak sempurna iman seseorang sehingga ia mencintai saudaranya (seagama) sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri.” Rasulullah tidak pernah mengajukan permohonan yang buruk untuk siapa pun. Bahkan pernah, ketika malaikat gunung menawarkannya untuk membalas perilaku keji penduduk Thaif, Rasul tetap menolak dan berharap agar keturunan mereka yang beriman. Rasulullah ketika itu malah berdo’a, “Ya Allah, berilah hidayah dan petunjuk-Mu kepada kaumku, karena mereka tidak mengetahui.”
Kesembilan, tidak tergesa-gesa agar do’a itu dikabulkan. Rasulullah bersabda: “Akan dikabulkan bagi seseorang di antara kamu selagi tidak tergesa-gesa, yaitu dengan berkata, ‘Saya telah berdo’a tetapi tidak dikabulkan’.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim). Ibnul Qayyim berkata, “Termasuk penyakit yang menghalangi terkabulnya do’a adalah tergesa-gesa, menganggap lambat pengabulan do’anya sehingga ia malas untuk berdo’a lagi.” Padahal bisa jadi antara do’a dan jawabannya memerlukan waktu 40 tahun, seperti yang dikatakan oleh Ibnu Abbas. (Abu Lairs As-Samarqandi dalam Tanbihul Ghafilin). Ibnul Jauzi berkata: “Ketahuilah bahwa do’a orang mukmin itu tidak akan ditolak, hanya saja terkadang yang lebih utama baginya itu diundur jawabannya atau diganti dengan yang lebih baik dari permintaannya, cepat atau lambat.” (Fathul Bari, 11/141).
Kesepuluh, berdo’alah kepada Allah di segala kondisi dan keadaan. Jangan hanya berdo’a di saat-saat sempit dan membutuhkan pertolongan. Dalam Al Qur’an, Allah SWT banyak menyinggung sikap orang-orang yang hanya berdo’a dalam situasi kepepet. “Dan apabila manusia ditimpa bahaya dia berdo’a kepada Kami dalam keadaan berbaring, duduk atau berdiri. Tetapi setelah Kami hilangkan bahaya itu daripadanya, dia (kembali) melalui (jalannya yang sesat), seolah-olah dia tidak pernah berdo’a kepada Kami untuk (menghilangkan) bahaya yang telah menimpanya. Begitulah orang-orang yang melampaui batas itu memandang baik apa yang selalu mereka kerjakan.” (Qs. Yunus: 12).
Selain hal-hal di atas, tentu, soal terpenting lainnya adalah ikhlas dan hati yang bersih. Murnikan harapan dan keinginan dalam do’a untuk kebaikan mencapai ridha Allah. Ingat, kehadiran kita di muka bumi ini membawa misi ibadah dan untuk tunduk kepada Allah saja. Itulah tujuan akhir hidup seseorang yang sebenarnya. Maka, permohonan apa pun yang kita sampaikan, harus selalu dikaitkan dengan keridhaan Allah SWT. Wallahu’alam.
***
Dari Sahabat
beranda.blogsome.com

Selasa, 05 Februari 2013

nasehat dalam membaca al-qur'an



Al-Qur’an adalah kitab suci yang diturunkan Allah kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam. Al-Qur’an adalah sumber hukum yang pertama bagi kaum muslimin. Banyak sekali dalil yang menunjukkan keutamaan membaca Al-Quran serta kemuliaan para pembacanya. Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala , artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah dan mendirikan shalat dan menafkahkan sebagian dari rizki yang kami anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharap perniagaan yang tidak akan merugi.” (Faathir : 29).
Al-Qur’an adalah ilmu yang paling mulia, karena itulah orang yang belajar Al-Qur’an dan mengajarkannya bagi orang lain, mendapatkan kemuliaan dan kebaikan dari pada belajar ilmu yang lainya. Dari Utsman bin Affan radhiyallah ‘anhu , beliau berkata: Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda: “Sebaik-baik kalian adalah orang yang belajar Al-Qur’an dan mengajarkannya(HR. Muslim)
Diriwayatkan juga oleh Imam Al-Bukhari, bahwa yang duduk di majlis Khalifah Umar Shallallahu ‘alaihi wa sallam di mana beliau bermusyawarah dalam memutuskan berbagai persoalan adalah para ahli Qur’an baik dari kalangan tua maupun muda.
Keutamaan membaca Al-Qur’an di malam hari
Suatu hal yang sangat dianjurkan adalah membaca Al-Qur’an pada malam hari. Lebih utama lagi kalau membacanya pada waktu shalat. Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala , artinya: “Diantara ahli kitab itu ada golongan yang berlaku lurus (yang telah masuk Islam), mereka membaca ayat-ayat Allah pada beberapa waktu malam hari, sedang mereka juga bersujud (Shalat).” (Ali Imran: 113)
Ibnu Katsir dalam tafsirnya ketika menerangkan ayat ini menyebutkan bahwa ayat ini turun kepada beberapa ahli kitab yang telah masuk Islam, seperti Abdullah bin Salam, Asad bin Ubaid, Tsa’labah bin Syu’bah dan yang lainya. Mereka selalu bangun tengah malam dan melaksanakan shalat tahajjud serta memperbanyak memba-ca Al-Qur’an di dalam shalat mereka. Allah memuji mereka dengan menyebut-kan bahwa mereka adalah orang-orang yang shaleh, seperti diterangkan pada ayat berikutnya.
Jangan riya’ dalam membaca Al-Qur’an
Karena membaca Al-Qur’an merupa-kan suatu ibadah, maka wajiblah ikhlas tanpa dicampuri niat apapun. Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala , artinya: “Dan mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah kepada Allah dengan memurnikan ketaatan kepadaNya dalam (menjalankan) agama dengan lurus dan supaya mereka mendirikan shalat dan menuaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus.” (Al-Bayyinah: 5).
Kalau timbul sifat riya’ saat kita membaca Al-Qur’an tersebut, kita harus cepat-cepat membuangnya, dan mengembalikan niat kita, yaitu hanya karena Allah. Karena kalau sifat riya’ itu cepat-cepat disingkirkan maka ia tidak mempengaruhi pada ibadah membaca Al-Qur’an tersebut. (lihat Tafsir Al ‘Alam juz 1, hadits yang pertama).
Kalau orang membaca Al-Qur’an bukan karena Allah tapi ingin dipuji orang misalnya, maka ibadahnya tersebut akan sia-sia. Diriwayatkan dari Abu Hurairah , bahwa Rasulullah n bersabda, artinya:
“Dan seseorang yang belajar ilmu dan mengajarkannya dan membaca Al-Qur’an maka di bawalah ia (dihadapkan kepada Allah), lalu (Allah) mengenalkan-nya (mengingatkannya) nikmat-nikmatnya, iapun mengenalnya (mengingatnya), Allah berfirman: Apa yang kamu amalkan padanya (nikmat)? Ia menjawab: Saya menuntut ilmu serta mengajarkannya dan membaca Al-Qur’an padaMu (karena Mu). Allah berfirman : Kamu bohong, tetapi kamu belajar agar dikatakan orang “alim”, dan kamu mem-baca Al-Qur’an agar dikatakan “Qari’, maka sudah dikatakan (sudah kamu dapatkan), kemudian dia diperintahkan (agar dibawa ke Neraka) maka diseretlah dia sehingga dijerumuskan ke Neraka Jahannam.” (HR. Muslim)
Semoga kita terpelihara dari riya’.
Jangan di jadikan Al-Qur’an sebagai sarana untuk mencapai tujuan-tujuan dunia.
Misalnya untuk mendapatkan harta, agar menjadi pemimpin di masyarakat, untuk mendapatkan kedudukan yang tinggi, agar orang-orang selalu meman-dangnya dan yang sejenisnya. Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala , artinya: “…Dan barang siapa yang menghen-daki keuntungan di dunia, kami berikan kepadanya sebagian dari keuntungan dunia, dan tidak ada baginya kebaha-gianpun di akhirat. (As-Syura: 20).”Barangsiapa menghendaki kehidupan sekarang (duniawi), maka Kami segerakan baginya di dunia itu apa yang Kami kehendaki bagi orang yang Kami kehendaki …” (Al Israa’ : 18)
Jangan mencari makan dari Al-Qur’an
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Bacalah Al-Qur’an dan janganlah kamu (mencari) makan dengannya dan janganlah renggang darinya (tidak membacanya) dan janganlah berlebih-lebihan padanya.” (HR. Ahmad, Shahih).
Imam Al-Bukhari dalam kitab shahih-nya memberi judul satu bab dalam kitab Fadhailul Qur’an, “Bab orang yang riya dengan membaca Al-Qur’an dan makan denganNya”, Maksud makan dengan-Nya, seperti yang dijelaskan Ibnu Hajar dalam kitab Fathul Bari.
Diriwayatkan dari Imran bin Hushain radhiyallah ‘anhu bahwasanya dia sedang melewati seseorang yang sedang membaca Al-Qur’an di hadapan suatu kaum . Setelah selesai membaca iapun minta imbalan. Maka Imran bin Hushain berkata: Sesungguhnya saya mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:”Barangsiapa membaca Al-Qur’an hendaklah ia meminta kepada Allah Tabaraka wa Ta’ala. Maka sesungguhnya akan datang suatu kaum yang membaca Al- Qur’an lalu ia meminta-minta kepada manusia dengannya (Al-Qur’an) (HR. Ahmad dan At Tirmizi dan ia mengatakan: hadits hasan)
Adapun mengambil honor dari mengajarkan Al-Qur’an para ulama berbeda pendapat dalam hal ini. Para ulama seperti ‘Atha, Malik dan Syafi’i serta yang lainya memperbolehkannya. Namun ada juga yang membolehkannya kalau tanpa syarat. Az Zuhri, Abu Hanifah dan Imam Ahmad tidak mem-perbolehkan hal tersebut.Wallahu A’lam.
Jangan meninggalkan Al-Qur’an.
Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala , artinya: “Dan berkata Rasul: “Ya Tuhanku, sesungguhnya kaumku menjadikan Al-Qur’an ini sesuatu yang tidak diacuhkan”. (Al-Furqan: 30).
Sebagian orang mengira bahwa meninggalkan Al-Qur’an adalah hanya tidak membacanya saja, padahal yang dimaksud di sini adalah sangat umum. Seperti yang dijelaskan Ibnu Katsir dalam tafsirnya tentang ayat ini. Dia menjelaskan bahwa yang dimaksud meninggalkan Al-Qur’an adalah sebagai berikut;
  • Apabila Al-Qur’an di bacakan, lalu yang hadir menimbulkan suara gaduh dan hiruk pikuk serta tidak mendengarkannya.
  • Tidak beriman denganNya serta mendustakanNya
  • Tidak memikirkanNya dan memahamiNya
  • Tidak mengamalkanNya, tidak menjunjung perintahNya serta tidak menjauhi laranganNya.
  • Berpaling dariNya kepada yang lainnya seperti sya’ir nyanyian dan yang sejenisnya.
Semua ini termasuk meninggalkan Al-Qur’an serta tidak memperdulikan-nya. Semoga kita tidak termasuk orang yang meninggalkan Al-Qur’an. Amin.
Jangan ghuluw terhadap Al-Qur’an
Maksud ghuluw di sini adalah berlebih-lebihan dalam membacaNya. Diceritakan dalam hadits yang shahih dari Abdullah bin Umar radhiyallah ‘anhu beliau ditanya oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Apakah benar bahwa ia puasa dahr (terus-menerus) dan selalu membaca Al-Qur’an di malam hari. Ia pun menjawab: “Benar wahai Rasulullah!” Kemudian Rasulullah memerintah padanya agar puasa seperti puasa Nabi Daud alaihis salam , dan membaca Al-Qur’an khatam dalam sebulan. Ia pun menajwab: Saya sanggup lebih dari itu. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: bacalah pada setiap 20 hari (khatam). Iapun menjawab saya sanggup lebih dari itu. Rasulullah berasabda : Bacalah pada setiap 10 hari. Iapun menjawab: Saya sanggup lebih dari itu, lalu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Bacalah pada setiap 7 hari (sekali khatam), dan jangan kamu tambah atas yang demikian itu.” (HR. Muslim)
Diriwayatkan dari Abdu Rahman bin Syibl radhiyallah ‘anhu dalam hadits yang disebutkan diatas: “Dan janganlah kamu ghuluw padanya. (HR. Ahmad dan Al-Baihaqi). Wallahu ‘a’lam bishshawab.
***
(Sumber Rujukan: Tafsir Ibnu Katsir jilid 3 hal. 306; Shahih Bukhari dan Shahih Muslim (Muhktasar).; Fathu Al Bari jilid 10 kitab fadhailil Qur’an, Al Hafiz IbnuHajar ; At-Tibyan Fi Adab Hamalatil Qur’an, An Nawawi Tahqiq Abdul Qadir Al Arna’uth; Fadhail Al-Qur’an, Syekh Muhammad bin Abdul Wahab, Tahqiq Dr. Fahd bin Abdur Rahman Al Rumi.)

adab dalam kehidupan

Menyebarkan Salam
Bagian perkara yang akan menumbuhkan cinta dan kasih sayang antara sesame adalah menyebarkan salam (kedamaian) dan mewujudkannya. Karena itulah ada beberapa hadits Rasulullah SAW yang menganjurkan dan menjelaskan dampak positif dan keutamaannya:
Barra Ibn Azib ra. berkata, “Rasulullah SAW memerintahkan kita akan tujuh perkara: (1) menjenguk orang sakit, (2) mengiringi jenazah, (3) mendoakan orang yang bersin, (4) menolong orang yang lemah, (5) membantu orang yang teraniaya, (6) menyebarkan salam dan (7) melaksanakan sumpah dengan baik.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Dari Abu Hurairah ra., ia berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Kalian tidak akan masuk surga, kecuali dengan beriman. Kalian tidak akan beriman, kecuali dengan saling mencintai. Maukah kalian aku tunjukkan kepada sesuatu yang jika kalian lakukan, maka kalian akan saling mencintai? Sebarkanlah salam diantara kalian!” (HR. Muslim)
Dalam riwayat Bukhari dalam al-Adab al-Mufrad, dari Anas ra., Rasulullah SAW bersabda, “Salam adalah termasuk salah satu dari nama Allah yang diletakkan didunia. Sebarkanlah salam diantara kalian!”
Dari Abdullah Ibn Amr ra., “Seorang pemuda bertanya kepada Rasulullah SAW., `Apa yang terbaik dalam Islam?’ Rasulullah menjawab, `Memberi makan (orang miskin) dan mengucapkan salam kepada yang engkau kenal atau yang tidak engkau kenal.’” (HR. Bukhari dan Muslim)
Rasulullah menjelaskan bahwa di antara hak muslim atas saudaranya ialah mengucapkan salam. Dari Abu Hurairah, Rasulullah SAW bersabda, “Hak seorang Muslim atas orang muslim ada enam.” Ditanyakan, “Apa saja ya Rasulullah?” Rasulullah SAW bersabda, “(1) Jika engkau bertemu dengannya, maka ucapkanlah salam. (2) Jika dia mengundangmu, maka datanglah. (3) Jika dia meminta nasihatmu, berilah nasihat. (4) Jika dia bersin dan mengucapkan alhamdulillah, doakanlah. (5) Jika dia sakit, jenguklah. (6) Jika dia meninggal dunia, maka iringilah jenazahnya.” (HR. Muslim)
Dari Abu Sa’id al-Khudri ra. Nabi SAW bersabda, “Hindarilah duduk di jalan-jalan!” Mereka berkata, “Wahai Rasulullah, bagaimana jika kita tidak ada tempat didik yang lain untuk berbincang-bincang?” Lalu Rasulullah SAW bersabda, “”Jika kalian enggan meninggalkan tempat itu, maka berikan hak jalan itu!” Mereka bertanya, “Wahai Rasulullah apa hak jalan ini?” Rasulullah SAW menjawab, “Menjaga pandangan, tidak mengganggu, membalas salam, menyuruh kepada kebaikan dan melarang kemungkaran.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Manusia yang paling mulia di hadapan Allah adalah orang yang memulai memberi salam, sebagaimana sabda Rasulullah SAW.
Rasulullah SAW memberi salam kepada anak-anak kecil, seperti disebutkan dalam ash-shahihain dari Anas ra., Beliau juga memberi salam kepada para wanita, sebagaimana disebutkan dalam sunan Tirmidzi dan al- Adab al-Mufrad milik Bukhari dengan sanad hasan dari Asma binti Yazid ra., “Rasulullah SAW melewatiku, dan aku disamping teman-teman sebayaku, lalu beliau memberi salam kepada kami.”
Begitu juga dalam suatu perkumpulan terdapat muslimin, musyrikin, penyembahan patung dan Yahudi. Nabi SAW mengucapkan salam kepada perkumpulan seperti itu. (HR. Bukhari dan Muslim)
Para sahabat Rasulullah, jika sedang berjalan kemudian berhadapan dengan pohon atau semak belukar yang menyebabkan mereka harus berpisah satu sama lain, mereka memberi salam ketika bertemu lagi. (Ibnu Sunni dalam bukunya, “Amal al-Yaum wa al-Lailah)
Yang juga akan menumbuhkan rasa cinta dan kasih adalah berkirim salam kepada orang lain. Dan ini bukan perkara yang berat. Dari Aisyah ra., Rasulullah SAW berkata, “Wahai Aisyah, Jibril menyampaikan salam kepadamu.” Aisyah ra., berkata, “Untuknya salam dan rahmat Allah.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Dari Abu Hurairah ra., Nabi SAW berkata, “Sesungguhnya aku berharap, jika umurku panjang, bisa berjumpa dengan Isa ibn Maryam as. Jika ada diantara kalian yang bertemu dengannya, maka sampaikanlah salamku kepadanya.” (HR. Ahmad)
Jadi, dalam berkirim salam terdapat pahala dan ganjaran yang besar. Yang paling membuat orang Yahudi menjadi dengki adalah adanya salam dan kata “amin”.
Diriwayatkan dari Aisyah ra., dari Nabi SAW., “Yang membuat orang- orang Yahudi dengki kepada kalian adalah salam dan kata amin.” (HR. Ibnu Majah, Ibnu Khuzaimah dan Bukhari dalam al-Abad al-Mufrad)
Salam merupakan salah satu dari nama-nama Allah dan menyebarkan salam berarti menyebut Allah, sebagaimana difirmankan oleh Allah, “Laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (mengingat) Allah, Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar.” (QS. Al-Ahzab: 35)
Berapa banyak kejahatan yang gagal dengan adanya kalimat, as- salamu’alaikum! Berapa banyak kebaikan yang diperoleh dengan kalimat as-salamu’alaikum! Berapa banyak hubungan persaudaraan terjalin dengan kalimat as-salamu’alaikum!
Dan sebaliknya, beberapa banyak kesulitan, bencana, kesengsaraan, terputusnya tali persaudaraan, ketidak peduliaan dan permusuhan, disebabkan meninggalkan ucapan as-salamu’alaikum!
Sebarkanlah dan perbanyaklah salam. Ucapkanlah salam kepada yang muda, tua, kaya, miskin, laki-laki, perempuan…, baik yang Anda kenal maupun yang tidak; bahkan kepada orang yang sudah meninggal sekalipun. Yakin bahwa didalam salam kepada orang-orang yang sudah meninggal dunia ada kebaikan. Insya Allah.
***
Sumber: jkmhal.com
die *Fikih Akhlak*
Musthafa Al-Adawy

pengetahuan

Tanda-tanda Lemah Iman dan Kiat untuk Mengatasinya
Tanda-tanda Lemah Iman
  1. Terus menerus melakukan dosa dan tidak merasa bersalah
  2. Berhati keras dan tidak berminat untuk membaca Al-Qur’an
  3. Berlambat-lambat dalam melakukan kebaikan, seperti terlambat untuk melakukan shalat
  4. Meninggalkan sunnah
  5. Memiliki suasana hati yang goyah, seperti bosan dalam kebaikan dan sering gelisah
  6. Tidak merasakan apapun ketika mendengarkan ayat Al-Qur’an dibacakan, seperti ketika Allah mengingatkan tentang hukumanNya dan janji-janjiNya tentang kabar baik.
  7. Kesulitan dalam berdzikir dan mengingat Allah
  8. Tidak merasa risau ketika keadaan berjalan bertentangan dengan syari’ah
  9. Menginginkan jabatan dan kekayaan
  10. Kikir dan bakhil, tidak mau membagi rezeki yang dikaruniakan oleh Allah
  11. Memerintahkan orang lain untuk berbuat kebaikan, sementara dirinya sendiri tidak melakukannya.
  12. Merasa senang ketika urusan orang lain tidak berjalan semestinya
  13. Hanya memperhatikan yang halal dan yang haram, dan tidak menghindari yang makruh
  14. Mengolok-olok orang yang berbuat kebaikan kecil, seperti membersihkan masjid
  15. Tidak mau memperhatikan kondisi kaum muslimin
  16. Tidak merasa bertanggung jawab untuk melakukan sesuatu demi kemajuan Islam
  17. Tidak mampu menerima musibah yang menimpanya, seperti menangis dan meratap-ratap di kuburan
  18. Suka membantah, hanya untuk berbantah-bantahan, tanpa memiliki bukti
  19. Merasa asyik dan sangat tertarik dengan dunia, kehidupn duniawi, seperti merasa resah hanya ketika kehilangan sesuatu materi kebendaan
  20. Merasa asyik (ujub) dan terobsesi pada diri sendiri
Hal-hal berikut dapat meningkatkan keimanan kita:
  1. Tilawah Al-Qur’an dan mentadabburi maknanya, hening dan dengan suara yang lembut tidak tinggi, maka Insya Allah hati kita akan lembut. Untuk mendapatkan keuntungan yang optimal, yakinkan bahwa Allah sedang berbicara dengan kita.
  2. Menyadari keagungan Allah. Segala sesuatu berada dalam kekuasaannya. Banyak hal di sekitar kita yang kita lihat, yang menunjukkan keagunganNya kepada kita. Segala sesuatu terjadi sesuai dengan kehendakNya. Allah maha menjaga dan memperhatikan segala sesuatu, bahkan seekor semut hitam yang bersembunyi di balik batu hitam dalam kepekatan malam sekalipun.
  3. Berusaha menambah pengetahuan, setidaknya hal-hal dasar yang dilakukan dalam kehidupan sehari-hari, seperti cara berwudlu dengan benar. Mengetahui arti dari nama-nama dan sifat-sifat Allah, orang-orang yang bertakwa adalah mereka yang berilmu.
  4. Menghadiri majelis-majelis dzikir yang mengingat Allah. Malaikat mengelilingi majels-majelis seperti itu.
  5. Selalu menambah perbuatan baik. Sebuah perbuatan baik akan mengantarkan kepada perbuatan baik lainnya. Allah akan memudahkan jalan bagi seseorang yang bershadaqah dan juga memudahkan jalan bagi orang-orang yang berbuat kebaikan. Amal-amal kebaikan harus dilakukan secara kontinyu.
  6. Merasa takut kepada akhir hayat yang buruk. Mengingat kematian akan mengingatkan kita dari terlena terhadap kesenangan dunia.
  7. Mengingat fase-fase kehidupan akhirat, fase ketika kita diletakkan dalam kubut, fase ketika kita diadili, fase ketika kita dihadapkan pada dua kemungkinan, akan berakhir di surga, atau neraka.
  8. Berdo’a, menyadari bahwa kita membutuhkan Allah. Merasa kecil di hadapan Allah.
  9. Cinta kita kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala harus kita tunjukkan dalam aksi. Kita harus berharap semoga Allah berkenan menerima shalat-shalat kita, dan senantiasa merasa takut akan melakukan kesalahan. Malam hari sebelum tidur, seyogyanya kita bermuhasabah, memperhitungkan perbuatan kita sepanjang hari itu.
  10. Menyadari akibat dari berbuat dosa dan pelanggaran. Iman seseorang akan bertambah dengan melakukan kebaikan, dan menurun dengan melakukan perbuatan buruk.
  11. Semua yang terjadi adalah karena Allah menghendaki hal itu terjadi. Ketika musibah menimpa kita, itupun dari Allah.

Rabu, 30 Januari 2013

hikmah

( HIKMAH ) IMAN, CINTA DAN LOGIKA - Mata biasa kebatas, bila ngeliat matahari kesilauan, bila melihat bakteri kekecilan, mata ini kebatas jarak dan ukuran. Terus pegimana mata ini mampu melihat Allah SWT ?. Gak level antara Robb dan mahluknya, kecuali bisa dirasain dgn mata hati. Inilah bicara iman, yang gak selalu pake logika tetapi pake keyakinan dan fitrah. Fitrah ingin taat dan mengabdi ada tuh jalannya. Manusia yang melawan Allah bakalan gelap lahir dan bathin karena melawan fitrah. Ada jamaah ngadu yang nyampe ke sedekah redho, ketika ikhlas datang malahan berlimpah, ada lagi yg ketika dia merasakan nikmatnya tahajud malah dikerjain saban hari demi kebutuhan jiwanya ngegantungin hati ke Allah SWT, jadilah ia dapet bonus diluar dugaan.

Ketika harapan diikuti ketergantungan sama Allah, bila ikhlas menerima ketentuan-Nya maka Allah beri sakinah ketenangan dalam kehidupannya dan tanpa diduga ada jalan keluarnya yg terbaik yang tidak disangka-sangka, nah itulah ilmu taqwa. Keredhoan, dan baik sangka kepada Allah adalah hal yg ghaib, dimana iman bicara, ketika iman itu gak dipelihara agar meningkat lalu logika yang maen terus, maka kemungkinan kegalauan masih ada. Iman belum mantep.

Ketika nikmat iman main, yg ada kerutinan ibadah dan ketaatan yang tidak dibantah. Mana ada Allah menyia-nyiakan kebaikan hamba-Nya ?.

Hijrahnya Rosul dan para sahabat ke Madinah lalu meninggalkan omset dan asset ke madinah juga bicara iman, kalo logika jelas galau. Gawean sama dagangan, bahkan rumah ditinggal, Namun demi Agama Allah dan iman mereka membuktikan cintanya, dan di Madinah membangun peradaban Islam dan romawi serta persia dua imperium besar ditaklukkan dengan harta besar yang didapat dari romawi persia dalam genggaman kaum Muslimin, hingga akhirnya Islam menguasai sepertiga dunia.

Ketika Iman surut, logika nafsu menyalahi ayat-ayat Allah misalnya meninggalkan shalat karena logika rapat gak bisa ditinggal, atau logika gak pake jilbab karena logika takut gak dapet jodoh, atau sedekah pake logika karena takut miskin, maupun takut gak bisa beli BB baru, atau ragu balasan Allah, pake mikir-mikir dulu dan bisa juga disisi lain ada logika tujuan selain Allah dengan mendahulukan kebanggaan materi semu, kenikmatan sesaat, punya mobil maunya pamer, beli BB baru maunya biar dilirik sodara, biar kelihatan keren itu jadi ujub, dan rawan lari ke dosa2 lainnya seperti sombong, dusta dst.

Ketika iman diduluin, keliatan hidupnya akan respek dengan ayat2 Allah, keliatan dakwahnya membina keluarga dan orang lain, gak suka dengan kemaksiatan, sedih temennya beloman berjilbab, sedih suaminya belum sholat dst. Perasaan itulah salah satu yang menunjukkan Imannya yaitu ada kecemburuan agama, mane ada cinta gak pake cemburu. Dan hatinya tidak bisa pindah kelain hati.

Rasulullah SAW bersabda : Barangsiapa melihat kemungkaran rubahlah dengan tangan, bila tidak mampu dengan lisan, bila tidak bisa yaitu dengan hati, dan itulah selemah-lemahnya iman (HR-Muslim)